JAKARTA – Beberapa pengusaha besar tak mudah membangun usahanya dengan kesuksesan yang instan. Sebut saja Bill Gates yang sempat gagal mencoba peruntungannya dengan mendirikan perusahaan bernama Traf-O-Data sebelum sukses dengan Microsoft.
Hal tersebut juga rupanya dialami oleh Frank Wang yang kini sukses dengan pesawat tanpa awaknya (drone) dengan merek DJI. Dilansir Forbes, Senin (29/5/2017), Wang memulai ketertarikannya dengan pesawat setelah membaca buku komik tentang petualangan helikopter.
Wang yang lahir pada 1980 ini, menghabiskan waktunya dengan membaca tentang pesawat terbang. Ia memimpikan memiliki “peri” yang mampu terbang dan mengikutinya dilengkapi dengan kamera.
Saat berusia 16 tahun, ia mendapat nilai tinggi dan diberikan hadiah sebuah helikopter yang dikendalikan dari jarak jauh. Namun, helikopternya menabrak benda hingga ia menunggu suku cadangnya berbulan-bulan dari Hong Kong.
Meski sempat meraih nilai tinggi saat remaja, Wang gagal meraih mimpinya menempuh pendidikan di universitas elite di Amerika Serikat. Wang ditolak dari MIT dan Stanford hingga akhirnya ia belajar teknik elektro di Hong Kong University of Science & Technology.
Wang tak menemukan tujuannya hingga tahun terakhirnya di universitas tersebut, saat ia membangun sistem kontrol penerbangan helikopter. Wang mengabdikan dirinya untuk proyeknya tersebut hingga melewatkan kelas dan menghabiskan waktunya untuk proyek tersebut.
Namun rupanya usahanya tak sia-sia. Profesor robotika Li Zexiang, melihat kepemimpinan dan pemahaman Wang yang menurutnya bagus.
“Saya tidak tahu bahwa Frank lebih pintar dari yang lain,” kata Li yang kini menjabat sebagai penasihat dan investor DJI.
“Tapi kinerja yang bagus tak harus sebanding dengan nilai yang bagus,” katanya.
Wang membangun prototipe kontroler pesawat terbang dari kamar asramanya hingga tahun 2006, saat ia dan kawannya pindah ke Shenzhen. Mereka bekerja disebuah apartemen yang didanai dengan menggunakan dana sisa beasiswa Wang.
DJI menjual komponennya kepada klien seperti Universitas China dan perusahaan listrik milik negara tersebut. Penjualan ini memungkinkan Wang membayar karyawannya dalam jumlah yang tak banyak.
“Saya tak tahu seberapa besar pasarnya. Ide kami adalah membuat produk, menjualnya ke 10 sampai 20 orang dan punya tim” kata Wang.
Namun keawaman dan kepribadian Wang rupanya membuat perselisihan timbul di antara jajaran DJI. Mereka merasa Wang tak adil hingga akhirnya hampir semua tim meninggalkan DJI.
Hal tersebut diakui Wang yang merasa bahwa dirinya menjadi terlalu perfeksionis hingga membuat karyawan meninggalkannya. Namun DJI terus berkembang, dengan menjual sekira 20 kontroler dalam sebulan berkat modal dari teman keluarga Wang, Lu Di.
Akhir 2006, Lu mengumpulkan sekira USD90.000. Kini Lu mengelola keuangan dan menjadi salah satu pemegang saham terbesar DJI dengan presentase 16%.
Orang yang juga memiliki peran pengembangan DJI yakni teman terbaik Wang dari SMA, Swift Xie Jia, yang menjalankan pemasaran dan menjadi orang kepercayaan Wang. Kawan Wang ini menjual apartemennya untuk berinvestasi di DJI dan kini memiliki saham tak kalah besar pada perusahaan tersbut dengan presentase 14%.
Wang teris membangun dan menawarkan produknya ke luar negeri seperti Jerman dan Selandia Baru. DJI kemudian mulai membuat kontroler pesawat terbang yang lebih canggih dengan fungsi autopilot yang ditawarkan Wang di pameran dagang khusus di Muncie.
Di Muncie, Wang bertemu dengan Colin Guinn yang menjalankan startup sinematografi udara. Guinn pada saat itu tengah mencari cara untuk merekam video yang stabil dari pesawat tanpa awak (drone) yang pada akhirnya meminta bantuan Wang.
Agustus 2011, Guinn terbang ke Shenzhen dan akhirnya membentuk DJI Nort America yang bertujuan untuk mengirimkan drone ke pasaran.
Akhir 2012, DJI telah mengumpulkan semua paket lengkap untuk drone. DJI akhirnya meluncurkan drone Phantom pada Januari 2013.
Perangkatnya yang terbilang simpel dan penggunaannya yang mudah menarik minat banyak orang. Meski akhirnya tak lagi bermitra dengan Guinn karena perselisihan, DJI kini mampu melambungkan namanya.
(Kemas Irawan Nurrachman)