"Di sisi lain juga ada mekanisme pelaporan dari audiens, dari viewers. Jika ada konten yang dirasa tidak sesuai dengan kebenaran, dengan fact-checking, dan tidak sesuai dengan kebijakan kami, audiens atau viewers bisa melaporkannya," terangnya.
Menurut Isabella, mekanisme pelaporan dua arah oleh platform digital untuk menangkal hoaks adalah hal yang lumrah. "Yang satu manual, yang satu otomatis. Karena banyaknya konten yang diunggah, kami butuh otomatisasi," katanya.
Namun, ia menilai, sistem otomatis dalam menangkal konten negatif tidaklah cukup. Untuk memastikan akurasi konteks, terutama pada isu-isu sensitif, 'naluri' manusia tetap diperlukan.
"Untuk konten tertentu yang lebih sensitif, biasanya dicek oleh manusia," kata Isabella.