JAKARTA - Kehadiran brand mobil asal China di Amerika Serikat (AS) bisa membuat produsen lokal Negeri Paman Sam gulung tikar. Hal ini diakui CEO Ford Jim Farley, yang juga mengakui keunggulan mobil-mobil buatan China dibandingkan AS.
Brand asal China terus berusaha memperluas pasar mereka di wilayah AS, meski ada pajak tinggi yang diterapkan Presiden Donald Trump. Brand Negeri Tirai Bambu terus mencari celah untuk menghindari pajak tersebut dan memasukkan produk mereka ke AS, meski saat ini masih terkendala larangan.
Farley mengatakan sebagian besar produsen mobil besar di AS sekarang memahami skala gangguan yang akan dibawa oleh merek-merek China ke pasar mobil global. Bahkan, ia menilai gempuran mobil China lebih besar ketimbang gelombang kendaraan asal Jepang pada tahun 1980-an.
"Saya pikir itu hal yang persis sama, tetapi itu menggunakan steroid. Mereka memiliki kapasitas yang cukup di China dengan pabrik yang ada untuk melayani seluruh pasar Amerika Utara, membuat kami semua keluar dari bisnis. Jepang tidak pernah memiliki itu. Jadi, ini adalah tingkat risiko yang sama sekali berbeda untuk industri kami," kata Farley seperti dikutip dari Carscoops.
Pada 1980-an, Jepang memproduksi lebih dari 11 juta kendaraan. Itu sebuah lonjakan yang mendorong Presiden Ronald Reagan saat itu untuk memberlakukan pembatasan ekspor sukarela pada impor Jepang. Hari ini, keadaannya berbeda tetapi kegelisahan tetap sama seperti di masa lalu.
Saat ini, mobil listrik China dilarang dijual di Amerika Serikat, memberikan brand seperti Ford ketenangan di pasar lokal. Namun Ford, yang beroperasi di panggung global, tidak dapat mengandalkan ketenangan ini untuk menjual produknya di sejumlah negara.
"(Pabrikan China) memiliki teknologi dalam kendaraan yang jauh lebih unggul. Teknologi Huawei dan Xiaomi ada di setiap mobil. Anda masuk, Anda tidak perlu memasangkan ponsel Anda. Secara otomatis, seluruh kehidupan digital Anda dicerminkan di dalam mobil," ujar Farley.
Farley merasa saat ini persaingan bukan hanya tentang mobil listrik, tapi dominasi teknologi dari brand asal China secara global. Sebab, ini menjadi nilai jual mereka dan memasarkannya dengan harga yang jauh di bawah rivalnya.
"Kami sedang bertarung dengan China secara global dan ini bukan hanya tentang EV. Kalau kami kalah dalam hal ini, tidak ada masa depan untuk Ford. China adalah 'gorila 700 pon' di industri kendaraan listrik. Mereka benar-benar mendominasi pasar global dan akan semakin besar di luar negeri," tuturnya.
Farley juga mengatakan saat ini porsi kendaraan listrik asal China akan bertahan di sekitar 5 persen dalam waktu dekat, sebelum meningkat lagi seiring hadirnya model dengan harga lebih terjangkau.
(Rahman Asmardika)