 
                Ke depan, aturan penghitungan “utility factor”, yaitu proporsi waktu mobil dipakai dalam mode listrik, akan semakin diperketat. Sebagai contoh, sebuah PHEV dengan jangkauan listrik 60 km diharapkan sekitar 80 persen berjalan dalam mode listrik.
Namun angka ini akan turun menjadi 54 persen pada 2025/26 dan 34 persen pada 2027/28. Meski demikian, T&E memprediksi masih akan ada celah sekitar 18 persen antara klaim pabrikan dan kenyataan.
Saat ini, Indonesia menjadi sasaran utama para produsen dalam memasarkan kendaraan hybrid, terutama yang menggunakan teknologi PHEV. Kondisi ini dikatakan ideal, tetapi masyarakat Indonesia masih enggan untuk mengisi ulang daya baterai.
 
(Erha Aprili Ramadhoni)