Meskipun pendukung pengembangan AI tingkat lanjut berpendapat AI dapat memecahkan masalah besar seperti pengobatan penyakit, mitigasi perubahan iklim, dan peningkatan produktivitas, para kritikus mengingatkan bahwa kerangka regulasi dan keselamatan masih jauh tertinggal dari laju pengembangan.
Untuk mencegah hal tersebut terjadi, sebuah pernyataan baru yang dikoordinasikan oleh organisasi nirlaba Future of Life Institute (FLI) menyerukan pelarangan pengembangan AI superintelijen hingga ada "konsensus ilmiah yang luas bahwa hal itu dapat dilakukan dengan aman dan terkendali". Surat tersebut mendesak agar pengembangan tidak dilanjutkan hingga ada mekanisme keamanan andal dan kesepakatan sosial.
Dilansir dari Business Insider, di antara ratusan tokoh yang menandatangani surat tersebut terdapat pelopor AI seperti Geoffrey Hinton dan Yoshua Bengio, pemimpin teknologi seperti Steve Wozniak, mantan Presiden Irlandia Mary Robinson, tokoh kerajaan Pangeran Harry dan Meghan Markle, penasihat agama, serta tokoh politik seperti Susan Rice.
Surat itu disertai data jajak pendapat yang menunjukkan hanya sekitar 5 persen orang Amerika yang mendukung pengembangan superintelijen tanpa aturan, sementara sekitar tiga perempat mendukung regulasi ketat.