Misalnya, ponsel Anda memiliki sertifikasi IP68. Artinya, ponsel tersebut telah diuji dengan cara direndam dalam air tawar (bukan air asin), biasanya pada kedalaman 1,5 meter selama 30 menit. Namun, sertifikasi IP68 tidak menguji ketahanan terhadap semburan air. Ini berarti ponsel tidak dijamin tahan terhadap semprotan air bertekanan tinggi dari segala arah.
Di sinilah IP66 dan IP69 berperan. IP66 menguji kemampuan perangkat untuk menahan semburan air yang kuat (sekitar 100 liter per menit), sementara IP69 melangkah lebih jauh, menguji perangkat menggunakan air panas bersuhu 80°C dengan tekanan yang jauh lebih tinggi (80–100 bar).
Jadi, sebuah ponsel mungkin lolos uji IP68 (perendaman) tetapi gagal dalam uji IP69 (tekanan). Sebaliknya, sebuah perangkat bisa saja tahan terhadap semburan air bertekanan tinggi tetapi bocor perlahan saat terendam. Keduanya merupakan mode kegagalan yang berbeda, dan produsen ingin membuktikan bahwa produk mereka terlindungi dari semua aspek.
Beberapa tahun lalu, sebagian besar ponsel, termasuk ponsel flagship, masih menggunakan IP67 atau IP68. IP67 sudah cukup untuk penggunaan normal, seperti tahan hujan dan tumpahan air. Namun, pada 2024 dan 2025, tren ini berubah, sebagian besar karena perkembangan teknik pembuatan ponsel dan alasan pemasaran.
Konstruksi smartphone telah meningkat pesat. Penggunaan perekat, desain gasket, dan lapisan nano kini memudahkan perangkat untuk lulus uji ekstrem ini. Dari sisi pemasaran, merek tahu bahwa "IP69" terdengar keren, tetapi tidak semua orang tahu artinya. Dengan menggabungkan beberapa peringkat, produsen menciptakan kesan perlindungan total.