JAKARTA - Maling kini mengincar Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang tersebar tanpa pengawasan petugas. Mereka mengincar tembaga yang memiliki nilai ekonomis tinggi, meski ada bahaya besar.
Melansir Rideapart, Kamis (17/7/2025), InstaVolt yang merupakan salah satu jaringan fast-charging terbesar di Inggris mengalami masalah. Lebih dari 700 stasiun pengisian daya mereka dilaporkan rusak karena ulah maling kabel.
Sindikat tersebut merusak dan membongkar stasiun pengisian milik InstaVolt. Tidak ada komponen canggih yang digasak pelaku. Mereka mengincar tembaga senilai 20 poundsterling atau tak sampai Rp400 ribu.
Akibat kerusakan tersebut, perusahaan harus mengeluarkan biaya sebesar 1.000 poundsterling atau Rp19 jutaan. Itu karena perusahaan harus memastikan keamanan pengisian daya tersebut agar tidak ada arus listrik yang bocor.
Pencurian tembaga mungkin terdengar seperti kejahatan yang ada di masa lalu, tetapi kini telah menjadi epidemi modern. Harga tembaga naik akibat permintaan global dan ketegangan geopolitik. Ini terutama karena perusahaan-perusahaan menimbun barang sebelum tarif AS yang semakin ketat.
Bukan hanya pengisi daya kendaraan listrik yang rusak. Pencuri telah mengganggu layanan kereta Eurostar, mengincar solar panel, dan kini mengincar beberapa infrastruktur mobilitas yang berkembang paling pesat.
Setelah mengalami kerugian besar, InstaVolt membuat pelindung kabel menggunakan kevlar dan semacam pelacak forensik bernama SmartWater. Tujuannya adalah agar bisa melacak kabel curian, meski sudah dipotong-potong.
Dampak dari pencurian ini adalah setiap kabel yang dicuri meningkatkan biaya operasional dan biaya tersebut pada akhirnya dibebankan kepada pelanggan. Entah itu tarif pengisian daya yang lebih tinggi, peluncuran stasiun yang tertunda, atau sekadar persepsi publik yang rusak.
Itu sebabnya InstaVolt mendorong agar charger EV diakui sebagai "critical infrastructure". Jika disetujui, pencurian kabel bisa mendapat konsekuensi hukum serius.
(Erha Aprili Ramadhoni)