Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kenapa Kebakaran Mobil Listrik Sulit Dipadamkan?

Jovita Sheria Dennies , Jurnalis-Kamis, 10 Juli 2025 |11:54 WIB
Kenapa Kebakaran Mobil Listrik Sulit Dipadamkan?
Kenapa Kebakaran Mobil Listrik Sulit Dipadamkan? (Ilustrasi/tangkapan layar)
A
A
A

JAKARTA – Kenapa kebakaran mobil listrik sulit dipadamkan? Kasus kebakaran mobil listrik kembali menjadi sorotan setelah Wuling Air EV dilalap api. 

Meski kendaraan listrik digadang sebagai masa depan transportasi ramah lingkungan, ternyata mereka punya tantangan tersendiri. Hal ini terutama saat terjadi kebakaran.

Ada beberapa hal yang membuat api sulit dipadamkan saat mobil listrik terbakar. Berikut 5 alasannya: 

1. Baterai Lithium-Ion

Mobil listrik menggunakan baterai lithium-ion. Masalah muncul ketika baterai ini mengalami kerusakan fisik, korsleting, atau overheat, yang dapat memicu kebakaran. 

Namun berbeda dari kebakaran biasa, baterainya menghasilkan reaksi kimia internal yang sangat panas dan sulit dihentikan. 

"Proses melawan api menjadi sulit, karena api kembali menyala meskipun sudah dicoba untuk dimatikan. Api hanya bisa mati setelah sumber energi dari baterai mobil dipotong," kata pemadam kebakaran membagikan pengalamannya, melansir Carscoops, Kamis (10/7/2025).

2. Reaksi Thermal Runaway

Salah satu tantangan utama dalam memadamkan kebakaran mobil listrik adalah fenomena thermal runaway. Kondisi saat satu sel baterai yang terbakar akan menyulut sel lainnya secara beruntun. Ini menciptakan ledakan kecil berulang. Reaksi ini bisa terus berlangsung bahkan berjam-jam, sehingga api akan padam saat energi panasnya sudah habis. 

3. Air Bukan Solusi Efektif

Petugas pemadam tidak bisa asal menyemprotkan air ke mobil listrik yang terbakar. Hal ini terjadi karena desain baterai mobil listrik yang tertutup rapat, sehingga air sulit menjangkau dan menurunkan suhu inti baterai menyeluruh. Bahkan, untuk memastikan satu baterai benar-benar aman dari risiko terbakar kembali, membutuhkan hingga puluhan ribu liter air.

Sebagai solusi alternatif, kini tersedia peralatan khusus seperti alat pemadam api jenis Class D serta fire blanket atau selimut api. Keduanya dirancang untuk menangani kebakaran akibat logam aktif, termasuk lithium.

 

4. Suhu Ekstrem Jadi Risiko

Panas ekstrem bisa menyebabkan sel baterai mengembang dan pecah, melepaskan gas yang sangat mudah terbakar.  Suhu baterai bisa melampaui 1.200 derajat Fahrenheit (sekitar 648 derajat Celsius). Ini jauh lebih panas dibanding kebakaran mobil berbahan bakar bensin

Jika gas terpapar percikan api, ledakan bisa terjadi. Menyebabkan risiko ledakan sekunder yang memperluas area kebakaran dan dapat membahayakan tim penyelamat.

5. Potensi Ledakan Gas Beracun

Saat baterai terbakar, gas beracun seperti hidrogen fluorida (HF), hidrogen, karbon monoksida (CO), dan metana, sangat berbahaya bagi petugas dan lingkungan sekitar. Itu karena dapat menyebabkan luka bakar, gangguan pernapasan, hingga keracunan fatal jika terhirup.

Oleh karena itu, proses evakuasi dan pemadaman harus dilakukan dengan alat pendeteksi gas, agar dapat perlindungan khusus.

(Erha Aprili Ramadhoni)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita ototekno lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement