JAKARTA - Para arkeolog menemukan 3 kota Maya di hutan Peten, Guatemala. Kota tersebut diyakini berasal dari 3 ribu tahun lalu.
Kedua kota berjarak sekitar 3 mil (5 kilometer) dan tersusun seperti segitiga, Kementerian Kebudayaan dan Olahraga Guatemala melaporkan dalam sebuah pernyataan.
Kota-kota tersebut dihuni pada suatu waktu selama periode yang disebut sebagai "praklasik tengah" oleh arkeolog. Periode itu antara sekitar 1000 dan 400 SM. Kota-kota tersebut dihuni hingga sekitar 1.100 tahun yang lalu, ketika banyak kota Maya di wilayah tersebut runtuh.
Yang terpenting dari ketiga kota tersebut adalah situs disebut "Los Abuelos," yang berarti "kakek-nenek." Nama ini berasal dari dua pahatan batu yang ditemukan di situs tersebut. Satu pahatan seorang pria dan satu lagi pahatan seorang wanita. Mereka diyakini menggambarkan leluhur orang-orang yang tinggal di lokasi tersebut, kata pernyataan itu. Dengan catatan, kota ini mungkin merupakan pusat upacara bagi mereka yang tinggal di daerah tersebut.
Melansir Live Science, Sabtu (7/6/2025), Los Abuelos berkembang pesat selama periode Praklasik Pertengahan (1000 SM hingga 400 SM) dan Praklasik Akhir (400 SM hingga 300 M) sebelum ditinggalkan dan kemudian dihuni kembali selama periode Klasik Akhir (600 hingga 900 M).
Kota ini memiliki kompleks astronomi dengan bangunan yang diposisikan sedemikian rupa sehingga titik balik matahari dan ekuinoks dapat dicatat dengan tepat, kata pernyataan itu.
Sisa-sisa pemakaman manusia ditemukan di lokasi tersebut. Pemakaman manusia itu ditemukan bersama sisa-sisa dua kucing, bejana tembikar, kerang, dan mata panah.
Para arkeolog juga menemukan sebuah altar berbentuk katak dan lempengan batu berukir yang dikenal sebagai stela. Setelah tulisan Maya pada prasasti tersebut diterjemahkan, tulisan tersebut dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang situs tersebut dan orang-orang yang tinggal di sana.
Kota lain yang baru ditemukan adalah "Petnal". Nama tersebut diberikan para arkeolog. Petnal memiliki piramida setinggi 108 kaki (33 meter), kata pernyataan tersebut. Puncak piramida itu datar dan memiliki ruangan yang menyimpan sisa-sisa mural di dindingnya. Warna merah, putih, dan hitam dari mural tersebut masih dapat dilihat. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan apa yang digambarkan mural tersebut.
Menurut pernyataan tersebut, Petnal kemungkinan merupakan pusat politik. Sebuah altar berbentuk katak juga ditemukan di sana.
Katak dianggap sebagai simbol kesuburan dan kelahiran kembali dalam mitologi Maya, tulis peneliti Robert Sharer dan Loa Traxler dalam buku mereka "The Ancient Maya: Sixth Edition" (Stanford University Press, 2006).
Altar katak telah ditemukan di situs Maya lainnya dan mungkin digunakan dalam ritual.
Kota ketiga yang baru ditemukan, yang oleh para arkeolog dijuluki "Cambrayal". Kota ini memiliki jaringan kanal yang bermula dari reservoir air di puncak istana, demikian pernyataan tersebut. Tujuan utama kanal-kanal tersebut mungkin untuk membuang limbah.
"Sangat menarik untuk mempelajari tentang situs Los Abuelos," kata Megan O'Neil, seorang profesor sejarah seni di Universitas Emory yang bukan bagian dari tim penggalian.
O'Neil menjelaskan, patung-patung batu ditemukan di situs tersebut sangat menyentuh dan mirip dengan banyak contoh lain tentang orang-orang Maya yang memberikan persembahan kepada patung-patung penting. "Dan berhubungan dengan leluhur mereka dengan berinteraksi dengan patung-patung dari masa lalu," ujarnya.
O'Neil mencatat, penting bagi para arkeolog untuk menemukan sisa-sisa bejana keramik utuh selama penggalian mereka. Di masa lalu, wilayah ini dijarah secara besar-besaran. Tembikar yang dibuat Maya kuno diambil dan dijual di pasar internasional.
Temuan baru ini dapat "membantu menghubungkan kembali benda-benda dalam koleksi pribadi dan museum dengan tempat asal dan penempatannya, membantu mengembalikan memori pada keramik tersebut, situs-situs ini, dan masyarakat Maya yang tinggal di wilayah ini dan di seluruh dunia," kata O'Neil.
Ketiga kota tersebut ditemukan tim arkeolog dari Slovakia dan Guatemala yang merupakan bagian dari Proyek Arkeologi Uaxactún (PARU). Tim tersebut mencari reruntuhan Maya di dekat kota Maya Uaxactún. Sejak 2009, PARU telah menemukan 176 situs, meskipun hanya 20 yang telah digali.
(Erha Aprili Ramadhoni)