David Choffnes dari Cybersecurity and Privacy Institute di Northeastern University mengatakan pengguna Tesla seharusnya belajar dari kasus ledakan Cybertruck. Itu karena seluruh data pengguna didapatkan dengan mudah.
"Hal ini menunjukkan adanya pengawasan menyeluruh. Ketika sesuatu yang buruk terjadi, hal ini memang membantu. Namun, hal tersebut merupakan pedang bermata dua. Perusahaan yang mengumpulkan data ini dapat menyalahgunakannya,” ujarnya.
Data pengguna kendaraan bermotor bukan kali ini saja dapat diakses dengan mudah.
Sebelumnya, General Motors memutuskan berhenti berbagi data konsumen dengan LexisNexis dan Verisk setelah laporan menyoroti betapa detailnya data tersebut.
Selain itu, pada Mei 2024, muncul laporan yang mengatakan bahwa dari 14 produsen mobil, hanya lima yang memerlukan surat perintah ketika pihak berwenang meminta data lokasi.
Sebulan yang lalu, kelemahan keamanan menemukan sekitar 800.000 pemilik Volkswagen memiliki data GPS, status kendaraan, dan informasi lainnya yang dapat diakses secara online oleh siapa saja.
(Erha Aprili Ramadhoni)