JAKARTA - Pemerintah Republik Indonesia melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama dengan Kementerian Sumber Daya Alam China menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) peresmian Indonesia-China Center for Ocean and Climate (ICCOC) atau Pusat Kelautan dan Iklim Indonesia-China. MoU ini resmi ditandatangani pada acara 8th China-Southeast Asian Countries Marine Cooperation Forum yang berlangsung Kamis, (28/11/2024).
Penandatangan tersebut dilakukan Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dan Shuxian Sun selaku wakil menteri Sumber Daya Alam China di Gedung BRIN pada Kamis pagi. Acara 8th China-Southeast Asian Countries Marine Cooperation Forum ini dijadwalkan berlangsung selama dua hari pada 28-29 November 2024.
Forum ini digelar dalam rangka memperkuat kolaborasi internasional dalam menjawab tantangan perubahan iklim serta isu-isu kemaritiman antar negara-negara ASEAN. BRIN sebagai tuan rumah menjelaskan perannya dalam forum kerja sama ini.
“BRIN menjadi partner utama untuk China di kerja sama maritim ini, jadi kita tidak hanya menjadi partner bilateral, tetapi sekaligus juga menjadi hub bagi kerja sama antara China untuk maritim, hub dari seluruh negara di kawasan Asia Tenggara,” jelas Laksana.
China-Southeast Asian Countries Marine Cooperation Forum kali ini merupakan yang kedelapan kali diselenggarakan sejak 2013. Forum ini diprakarsai untuk menghadapi tantangan yang mendesak terkait isu kemaritiman termasuk degradasi ekosistem laut, polusi air laut, pemutihan karang, hilangnya hutan bakau, dan erosi pantai karena perubahan iklim global.
Tujuannya adalah memperkuat kerja sama dalam perlindungan dan restorasi ekosistem laut, pencegahan dan mitigasi bencana laut, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan, serta pengelolaan dan kebijakan kelautan di antara negara-negara Asia Tenggara dan China.
Pada tahun ini, China-Southeast Asian Countries Marine Cooperation Forum ke-8 resmi digelar dan Indonesia menjadi tuan rumahnya. BRIN yang diwakili oleh kepalanya, dijumpai setelah acara menyampaikan bahwa fokus forum ini adalah pada bidang kelautan dan iklim.
“Enam puluh persen wilayah kita (Indonesia) itu laut, kemudian kita tersusun oleh pulau-pulau yang kecil bukan pulau continent yang tunggal, sehingga Indonesia sebenarnya jika dari sisi perubahan iklim dan biota laut sangat terpengaruh dari perubahan iklim, jadi sehingga kita perlu melakukan kerja sama dengan berbagai negara,” ujar Laksana usai acara.
Kerja sama yang dimaksud adalah kolaborasi antar negara-negara di ASEAN dan China yang terletak di pertemuan Samudra Pasifik, Samudra Hindia, Laut Andaman, dan Laut Cina Selatan.
“Kita sharing air yang sama, sehingga tidak mungkin kita bisa melepas ketergantungan efek-efek dari negara lain, apakah itu berupa perubahan iklim, perubahan ketinggian permukaan air, perubahan vegetasi di dalam laut itu sendiri, maupun terkait dengan cuaca dan sebagainya, jadi kerja sama dengan berbagai mitra itu sangat penting sekali,” penegasan dari Handoko pada sesi bicaranya.
“Termasuk sampah laut, karena sampah bisa dari mana-mana,” tutupnya.
(Rahman Asmardika)