Dalam eksperimen yang dirinci dalam penelitian mereka, Chen dan rekan-rekannya memasukkan impuls listrik ke algoritma pembelajaran mesin yang akhirnya mengubahnya menjadi frasa lisan. Untuk melatih algoritme, delapan partisipan dalam penelitian ini harus mengucapkan lima frasa pendek masing-masing sebanyak 100 kali sambil mengenakan penutup kepala, sehingga algoritme dapat belajar mengaitkan setiap frasa dengan gerakan otot spesifiknya.
Studi tersebut menunjukkan bahwa algoritme tersebut sekitar 95% akurat dalam menerjemahkan impuls listrik dari patch menjadi ucapan, baik saat frasa diucapkan dengan lantang maupun saat diucapkan “tanpa suara”.
Hal ini menunjukkan bahwa algoritme tersebut dapat dengan andal menafsirkan bentuk gelombang dan menerjemahkannya ke dalam ucapan, namun Prof. Chen juga menunjukkan bahwa penelitiannya memiliki keterbatasan. Pengujian dibatasi hanya pada delapan orang yang mengucapkan lima frasa, dan tidak satu pun dari mereka yang menderita gangguan bicara. Ditambah lagi, meskipun patch tersebut terbukti efektif dalam penelitian yang lebih besar, logistik untuk memproduksinya dalam skala besar masih harus dipikirkan.
Namun, patch tenggorokan dianggap sebagai penemuan yang sangat menjanjikan, mengingat sekira 30% orang akan mengalami setidaknya satu gangguan suara seumur hidup mereka dan alternatif yang ada saat ini, seperti elektrolaring, bersifat invasif, mahal, atau keduanya.
(Rahman Asmardika)