Apakah itu karena ekosistem kendaraan listrik di Jabodetabek lebih komplet?
Benar. Itu salah satu faktor. Ini sebagai pilot, sebagai awal sekali. Jadi satu pertimbangan kami, kita berkomitmen untuk menghadirkan fasilitas aftersales. Tentunya ini sangat penting sekali ya. Enggak cuma jual selesai kita harus bertanggung jawab atas layanan aftersales. Nah kita coba siapkan dulu aftersalesnya yangg terdekat dengan kantor kita yaitu di Jakarta.
Potensi untuk luar Jakarta Jabodetabek saya pikir juga sangat terbuka, sama dengan passenger car. Awalnya mereka berangkat dari Jakarta, setelah itu mereka pelan-pelan coba keluar Jakarta kan tergantung infrastruktur dan geografis dan tadi minat konsumennya.
Soal wacana insentif truk listrik. Gimana tanggapan Fuso?
Itu jadi harapan kita. Ya itu harapan kita bahwa ada semacam insentif dari government untuk kendaraan listrik, terutama trik listrik. Kalau passenger car sudah ada (insentif-red).
Dengan insentif harga eCanter bisa turun jauh?
Saya belum bisa sampaikan seberapa besar. Karena itu tergantung mau dikasih berapa sama government karena pasti ada syaratnya.
Apa syaratnya untuk dapat insentif? Apa sama dengan di passenger car yakni ada TKDN 40 persen?
Itu kan syarat, disyaratkan berapa baru mereka bisa kasih. Kalau sementara ini kan manfaat yang kita peroleh PBN aja, PBA mungkin 0 bahkan. Jadi support dari government.
Berapa harga eCanter? Ada bocoran di Jepang harga eCanter listrik 3 kali lipat dari Canter diesel. Bagaimana di Indonesia?
Sampai saat ini kita masih berhitung. Di angka berapa ini bisa dilempar ke pasar. Beberapa kesempatan kami enggak bisa jawab karena tadi kalkulasi terus.
Apa saja yang harus dihitung?
Banyak. Artinya cost produksinya, masuk ke Indonesia kan pasti ada taxnya dan lain-lain. Ada beberapa yang harus dicover.
Apakah di bawah atau di atas Rp1 miliar?
Tunggu GIIAS saja hehe.
(Maruf El Rumi)