Hal ini berlaku juga untuk kapal-kapal di dalam air, di mana agar bisa mengapung kepadatan kapal harus kurang dari air. Itulah mengapa, kapal-kapal memiliki formula rahasia, yaitu sebuah bagian yang berisi rongga-rongga udara.
Bagian lambung kapal yang membuatnya menjadi seimbang dan bisa mengapung di lautan. Meski demikian, kapal tetap bisa tenggelam jika ada air yang masuk ke dalamnya yang memaksa udara keluar dan membuat kerapatan rata-rata kapal lebih besar dibandingkan air.
Jika kita melihat kasus kapal Titanic yang menabrak gunung es raksasa di pantai selatan Newfoundland pada 1912, gunung es tersebut mengoyakkan bagian kapal, sehingga ada lubang-lubang kecil di lambung kapal dan mengakibatkan banyaknya air yang masuk ke awak kapal.
Cara yang sama juga diterapkan kapal selam, di mana kapalnya memiliki rongga yang dapat diisi oleh air apabila ingin menyelam, dan diisi udara jika hendak mengapung di atas permukaan.
(Rahman Asmardika)