Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Mengenal Sistem Rudal Hipersonik, Mengapa Begitu Berbahaya dan Sulit Dicegat?

Rahman Asmardika , Jurnalis-Minggu, 24 Maret 2024 |14:05 WIB
Mengenal Sistem Rudal Hipersonik, Mengapa Begitu Berbahaya dan Sulit Dicegat?
Ilustrasi. (Foto: Raytheon)
A
A
A

JAKARTA – Rusia pekan ini menghujani Ukraina dengan serangan rudal hipersonik yang tidak dapat ditangkal oleh sistem pertahanan udara negara bekas Uni Soviet itu. Serangan tersebut menghancurkan jaringan energi Kyiv dan menyebabkan pemadaman listrik di berbagai wilayah Ukraina.  

Saat ini hanya tiga negara, yaitu Rusia, Amerika Serikat (AS) dan China yang diketahui memiliki teknologi rudal hipersonik. Ketiga negara ini juga tengah mengembangkan rudal hipersonik generasi baru, yang akan semakin meningkatkan kemampuan senjata ini. 

Dilansir Scitechdaily, rudal-rudal hipersonik sulit ditangkal karena kemampuan manuver sepanjang lintasan mereka. Rudal-rudal ini bisa sewaktu-waktu berubah jalur penerbangannya saat melesat menuju sasaran.  

Selain itu rudal hipersonik beroperasi di bagian atmosfer yang berbeda dengan rudal-rudal konvensional. Senjata hipersonikterbang jauh lebih tinggi dibandingkan rudal subsonik yang lebih lambat namun jauh lebih rendah dibandingkan rudal balistik antarbenua (ICBM). Saat ini belum ada negara yang memiliki cakupan pelacakan yang cukup baik untuk mendeteksi wilayah tersebut.  

Rusia mengklaim beberapa senjata hipersoniknya mampu membawa senjata nuklir. Benar atau tidak, pernyataan ini saja sudah memprihatinkan. Jika Rusia menggunakan sistem ini untuk melawan musuh, negara tersebut harus memutuskan apakah senjata yang digunakan adalah senjata konvensional atau nuklir. 

Deskripsi hipersonik berarti rudal-rudal ini memiliki kemampuan terbang jauh lebih cepat dari kecepatan suara yaitu 761 mil per jam atau 1.225 km per jam di permukaan laut dan 664 mil per jam (1.067 km per jam) pada ketinggian 35.000 kaki atau 10.668 meter.  

Sebagai perbandingan, jet penumpang terbang dengan kecepatan kurang dari 966 km per jam sementara sistem hipersonik beroperasi pada kecepatan 3.500 mil per jam atau 5.633 km per jam dan lebih tinggi.  

 

Sistem hipersonik telah digunakan selama beberapa dekade, ketika John Glenn kembali ke Bumi pada 1962 dari penerbangan berawak AS yang pertama mengelilingi Bumi, kapsulnya memasuki atmosfer dengan kecepatan hipersonik.  

Semua rudal balistik antarbenua (ICBM) di gudang senjata nuklir dunia bersifat hipersonik, mencapai kecepatan maksimum sekitar 15.000 mph (24.140 km per jam), atau sekira 4 mil (6,4 km) per detik.  

ICBM diluncurkan dengan roket besar dan kemudian terbang dengan lintasan yang dapat diprediksi yang membawanya keluar dari atmosfer ke luar angkasa dan kemudian kembali ke atmosfer lagi.  

Meski tidak secepat ICBM, rudal hipersonik generasi baru diluncurkan dengan roket yang lebih kecil yang menjaganya tetap berada di jangkauan atas atmosfer. 

Saat ini ada tiga jenis senjata hipersonik non-ICBM yaitu aero-balistik, kendaraan luncur, dan rudal jelajah.  

Sistem balistik aero hipersonik dijatuhkan dari pesawat terbang, dipercepat hingga kecepatan hipersonik menggunakan roket dan kemudian mengikuti lintasan balistik. Rudal Kinzhal yang digunakan Rusia untuk menyerang Ukraina termasuk dalam aero-balistik, yang sudah ada sejak 1980-an.  

Kendaraan luncur hipersonik didorong dengan roket ke ketinggian dan kemudian meluncur ke sasarannya, bermanuver di sepanjang jalan. Contoh kendaraan luncur hipersonik termasuk Dongfeng-17 milik China, Avangard Rusia, dan sistem Conventional Prompt Strike milik Angkatan Laut AS.  

 

Sementara rudal jelajah hipersonik didorong oleh roket hingga mencapai kecepatan hipersonik dan kemudian menggunakan mesin penghirup udara yang disebut scramjet untuk mempertahankan kecepatan tersebut.  

Karena mereka memasukkan udara ke dalam mesinnya, rudal jelajah hipersonik memerlukan roket peluncuran yang lebih kecil dibandingkan kendaraan luncur hipersonik, yang berarti biayanya lebih murah dan diluncurkan dari lebih banyak tempat. 

Rudal jelajah hipersonik sedang dikembangkan oleh China dan AS. 

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita ototekno lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement