Lisa Fitria, pengamat mode sekaligus perancang busana yang dikenal sebagai salah satu pendiri Indonesian Fashion Cha,ber (IFC) dan salah satu ambassador dari AFDS ini mengatakan, Inspirasi untuk koleksi ini diambil dari pulau Kalimantan, yang dikenal sebagai pulau Borneo.
“Fokus utama desain saya adalah pada sumber daya alam dan budaya yang melimpah di pulau tersebut. Motif cetak digital menggunakan printer Epson berfungsi sebagai media untuk menggambarkan keindahan Kalimantan, sambil juga menyampaikan pesan tentang tanggung jawab bersama untuk melindungi lingkungan,” ujarnya.
Transfer sublimasi adalah metode pencetakan yang mudah di mana desain pertama kali dicetak pada media transfer sublimasi pewarna. Dengan hanya menggunakan kombinasi panas dan tekanan, desain pada media ini kemudian akan ditransfer langsung ke kain. Dengan metode ini, tinta akan melekat pada kain, menghasilkan cetakan yang permanen dan berwarna cerah yang tahan luntur.
Berbeda dengan pencetakan konvensional yang membutuhkan jumlah air yang substansial untuk persiapan kain, pewarnaan, dan pencucian, pencetakan tekstil digital yang menggunakan sublimasi pewarna adalah pendekatan yang lebih peduli lingkungan bagi perusahaan pakaian karena menghasilkan lebih sedikit limbah.
Ini juga meminimalkan over-produksi karena desainer dapat memproduksi kain cetak sesuai kebutuhan. Ini memastikan para perancang mode akan dapat menjaga bisnis pencetakan tekstil yang berkelanjutan sambil secara signifikan mengurangi biaya serta dampak lingkungan.
Selain itu, beralih ke digital memungkinkan para desainer memiliki kebebasan kreatif penuh untuk mencetak apa pun yang terbayangkan dan sesuai permintaan. Teknologi ini memungkinkan mereka menciptakan dan memproduksi desain-desain kompleks, memberikan para desainer variasi dan opsi yang tak terbatas sesuai dengan selera masing-masing.