JAKARTA - Dunia otomotif sedang bersaing dalam produksi mobil listrik sejak fenomena Tesla beberapa tahun lalu. China menjadi salah satu negara paling agresif dalam memproduksi dan memasarkan mobil listrik ke penjuru dunia, termasuk Eropa dan kawasan Asia.
Persaingan terasa karena produsen mobil Korea Selatan, Jepang, Eropa dan Amerika Serikat tak mau ketinggalan. Pelan pelan, perusahaan mobil berbahan bakar minyak mulai migrasi memproduksi listrik. Ada langsung memproduksi mobil full listrik, tapi ada pula bermain di tiga kaki; konvensional, hybrid dan listrik.
Di antara persaingan raksasa otomotif tersebut, produsen mobil Asia Tenggara tak mau ketinggalan. Dari Vietnam ada VinFast, Kamboja meluncurkan Angkor EV 2013, Malaysia sempat disebut melahirkan MyKar pada 2021, sedangkan Thailand telah memperkenalkan Mine SPA1 di Bangkok Motor Show 2019.
Dari empat negara tersebut, Kamboja dan Vietnam sudah bergerak lebih maju. Mobil Angkor EV 2013 sudah mulai dijual ke pasar sejak diperkenalkan pada Rabu (91/2024). Untuk sementara mobil itu hanya untuk konsumsi lokal. Meski belum 100% menggunakan produksi dalam negeri, kehadiran Angkor EV 2013 menjadi bukti keberanian Kamboja dalam memproduksi mobil dalam negeri.
Gairah negara Asia Tenggara memproduksi mobil atau katakan kendaraan listrik menjadi wajar melihat bagaimana trend dan prediksi tentang kendaraan non BBM ini dari tahun ke tahun terus meningkat. Dikutip dari Mordorintelligence, pasar kendaraan listrik dia ASEAN diperkirakan sebesar USD1,14 miliar pada 2024, dan diperkirakan akan mencapai USD4,70 miliar pada 2029.