JAKARTA - Tren kerja hybrid masih populer pasca pandemi Covid-19. Bahkan salah satu survei menyebutkan bahwa mayoritas karyawan di Indonesia memilih bekerja secara hybrid.
Fakta tersebut diungkap dalam survei yang dilakukan Logitech kepada 500 karyawan profesional. Survei ini juga bertujuan untuk memahami preferensi, persepsi, tantangan, dan perilaku mereka dalam menjalani sistem kerja hybrid.
Hasilnya, 62% karyawan Indonesia lebih memilih bekerja secara hybrid. Hanya 16% karyawan yang lebih memilih bekerja dari kantor, sementara 21% lainnya lebih memilih bekerja sepenuhnya secara jarak jauh.
"Sistem kerja hybrid sedang mengubah lanskap profesional, yang juga didukung dengan temuan survei kami bahwa adanya pergeseran model kerja saat ini, dari sistem kerja yang berawal sepenuhnya di kantor hingga hadirnya sistem kerja hybrid," kata Southeast Asia 2 B2B Lead Logitech, Michael Long.
"Situasi ini membuat karyawan merasakan berbagai manfaat dan juga tantangan, yang mana turut menjadikan kehadiran teknologi sebagai faktor krusial untuk memfasilitasi kolaborasi kerja yang lancar serta membentuk budaya kerja hybrid yang sukses," sambungnya.
Lebih lanjut, survei ini juga menunjukan bahwa 77% responden lebih memilih bekerja secara hybrid karena dapat menghemat biaya pengeluaran karena tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi ke kantor.
Sementara itu, 70% responden berpendapat dapat menghindari perjalanan di jam sibuk yang membuat stres, dan 66% lainnya merasa memiliki jadwal kerja yang lebih fleksibel sehingga dapat membantu mereka menyelesaikan lebih banyak pekerjaan secara efisien.
Bekerja secara hybrid juga telah membuat tim kerja yang terdistribusi dari lokasi yang berbeda pada waktu tertentu, sehingga frekuensi rapat hybrid menjadi lebih sering. Bahkan, 36% dari responden mengatakan setengah dari rapat yang mereka lakukan bersifat hybrid.
Tapi, karyawan hybrid ternyata merasa kesulitan untuk berkolaborasi dan tetap bekerja produktif karena kurangnya peralatan dan dukungan yang memadai. Beberapa masalah utama yang dihadapi antara lain koneksi internet yang tidak stabil (81%), kualitas audio yang kurang baik (55%), dan kualitas video yang tidak memadai (41%).
Tantangan-tantangan inilah yang dapat mengganggu alur kerja, mengurangi keterlibatan karyawan, dan mengurangi produktivitas kerja secara keseluruhan.
Oleh karena itu, Logitech juga merilis sejumlah solusi akan masalah tersebut, mulai dari kemampuan berdaptasi kerja secara hybrid, memiliki perangkat yang mendukung, dan menyederhanakan perangkat kerja.
"Berkolaborasi secara hybrid dengan tetap menjaga inklusivitas dan produktivitas bukanlah hal yang mudah, tetapi teknologi konferensi video modern dapat menawarkan solusi yang cerdas untuk mengatasinya," jelas Michael.
"Selain itu, kami berharap temuan dari survei ini dapat membantu bisnis di Indonesia beradaptasi dan merangkul sistem kerja hybrid, serta melihat potensinya yang transformatif di masa mendatang," pungkasnya.
(Saliki Dwi Saputra )