JAKARTA – Pemerintah Indonesia mendorong penggunaan motor listrik dengan mengeluarkan sejumlah kebijakan, salah satunya memberikan subsidi Rp7 juta.
Tapi, itu belum cukup untuk menarik minat masyarakat untuk beralih dari kendaraan konvensional.
Target pemerintah tahun ini adalah menjual 200.000 unit motor listrik dengan subsidi Rp7 juta, yang syaratnya harus diproduksi lokal dan memiliki nilai TKDN 40 persen.
BACA JUGA:
Selain itu, pemerintah juga memudahkan syarat bagi pembeli, di mana satu NIK KTP untuk 1 unit.
Ketua Umum Asosiasi Industri Motor Listrik Indonesia (Aismoli), Budi Setiyadi, mengatakan ada beberapa kendala penerimaan motor listrik belum mencapai target. Salah satunya adalah rencana setiap produsen dalam memasarkan produknya.
Tapi, Budi menegaskan sampai saat ini sudah ada 15 ribu unit motor listrik yang terdaftar menjadi hal yang positif. Jumlah ini meningkat pesat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, meski masih jauh dari targer pemerintah.
“Kalau 200.000 unit mungkin tidak tercapai (di akhir tahun) ya. Tetapu di bulan November ini sudah mencapai 15.000 unit. Mungkin sampai akhir tahun, bisa sampai 25 ribu (motor listrik) mudah-mudahan sih,” kata Budi di Jakarta, Selasa (28/11/2023).
Pada 2024, Budi meyakini penjualan motor listrik akan lebih baik dibandingkan tahun ini. Pasalnya, ada 17 pabrik motor listrik yang siap memproduksi berbagai macam model untuk menawarkan beragam pilihan bagi masyarakat.
Terlebih, tahun depan pemerintah menargetkan penjualan 600.000 unit motor listrik yang digabung dengan penjualan 2023. Oleh sebab itu, Budi berharap seluruh produsen motor listrik berkomitmen untuk menghadirkan lini terbaik bagi konsumen Indonesia.
“Untuk tahun depan kita sudah siap karena memang kapasitas produksi yang sudah TKDN ada sekitar 17 pabrik dan itu sudah siap semuanya. Penjualan motor listrik yang sudah dengan skema bantuan pemerintah sudah mencapai 15 ribu,” ujar Budi.
Kendati begitu, Budi juga mengungkapkan strategi berbeda dari masing-masing perusahaan menjadi salah satu penghambat penjualan motor listrik. Ini membuat produk yang ditawarkan memiliki kualitas berbeda.
“Secara business planning dari masing-masing APM ini sangat tergantung dengan sumber daya di dalam organisasi itu ya. Mungkin menyangkut masalah keuangan dan infrastruktur,” ungkap Budi.
(Imantoko Kurniadi)