GEORGIA – Sama halnya dengan cara mengukur tekanan darah atau detak jantung, tidak lama lagi mungkin perubahan tingkat depresi juga dapat diukur lewat kemampuan kecerdasan buatan (AI).
Dalam sebuah penelitian baru-baru ini, terapi stimulasi otak dalam (DBS) diberikan selama enam bulan kepada 10 orang dengan depresi resisten. Meskipun DBS secara historis memberikan hasil yang tidak konsisten, dengan bantuan kecerdasan buatan akan segera mengubahnya.
Agar berhasil mengaktifkan jaringan yang tepat dengan DBS, informasi yang akurat harus diterima. Saat ini, hal ini bergantung pada perasaan pasien, yang dapat dipengaruhi oleh situasi kehidupan yang penuh tekanan dan sirkuit saraf. Mengingat hal ini, para peneliti AS menggunakan kombinasi implan elektroda dan analisis AI untuk mencoba menemukan perubahan pola aktivitas otak yang disebabkan oleh DBS.
Para peneliti dari Georgia Institute of Technology, Fakultas Kedokteran Universitas Emory, dan Fakultas Kedokteran Icahn di Mount Sinai telah berhasil bekerja sama untuk mengidentifikasi sinyal otak yang dapat digunakan sebagai biomarker untuk pemulihan depresi.
Sinyal pemulihan dapat digunakan untuk mengetahui kapan DBS bekerja dengan baik dan kapan tidak. Tampaknya lebih dari 90% dari masukannya akurat.
Dikutip dari Science Alert, Selasa (3/10/2023), "sembilan dari 10 pasien dalam penelitian ini menjadi lebih baik, memberikan kesempatan yang sempurna untuk menggunakan teknologi baru untuk melacak lintasan pemulihan mereka." ujar ahli saraf Helen Mayberg dari Icahn School of Medicine di Mount Sinai.
"Tujuan kami adalah mengidentifikasi sinyal neurologis yang objektif untuk membantu para klinisi memutuskan kapan, atau kapan tidak, melakukan penyesuaian DBS." Tambah Helen Mayberg.
Dengan bantuan pemindaian otak yang dilakukan sebelum dan sesudah terapi, AI dilatih untuk menemukan kelainan neurologis yang mungkin terlewatkan oleh mata manusia. Sebagai contoh, salah satu pasien memiliki respons terapi yang baik selama empat bulan sebelum kambuh, sinyal pemulihan telah menghilang satu bulan sebelumnya.
Setelah pelatihan, AI dapat diterapkan pada proyek-proyek seperti ini, menghasilkan data yang jauh lebih unggul daripada yang dapat dihasilkan oleh pelaporan mandiri. Pada saat berikutnya ada tanda-tanda peringatan kambuh, terapi DBS dapat diubah untuk menghentikannya.
Masih banyak yang harus dilakukan, dan tidak semua orang tertarik untuk menanamkan elektroda di otak mereka. Namun, hal ini menunjukkan bahwa mungkin ada ruang untuk perubahan yang signifikan dalam bagaimana depresi dilacak dan bagaimana terapi disesuaikan untuk pasien tertentu.
"Kami menunjukkan bahwa dengan menggunakan prosedur terukur dengan elektroda tunggal di wilayah otak yang sama dan manajemen klinis yang terinformasi, kami dapat membuat orang menjadi lebih baik." kata ahli saraf Christopher Rozell dari Georgia Institute of Technology.
Metode ini memberikan dasar ilmiah yang kuat untuk mengobati penyakit mental yang sulit, termasuk depresi yang resisten terhadap pengobatan. (Taja Aurora Bianca)
(Saliki Dwi Saputra )