JAKARTA - India baru saja menyelesaikan misi pendaratan di Kutub Selatan Bulan dengan pesawat Chandrayaan-3. Lantas misi apa yang selanjutnya dikerjakan oleh Chandrayaa-3?
Seperti dilansir dari Sky News, Kamis (24/8/2023), India telah melangkahi Amerika Serikat, Tiongkok, dan Uni Soviet sebagai negara yang berhasil menapaki Kutub Selatan Bulan untuk pertama kalinya sepanjang sejarah.
Dengan keberhasilan tersebut, India dapat memetakan bagaimana kondisi kawah-kawah gelap di Kutub Selatan Bulan yang diklaim mengandung air es sehingga memungkinkan pembangunan pangkalan Bulan di masa depan.
Tidak seperti Rusia yang baru saja mengalami kecelakaan di Bulan, India tahu betul bagaimana menaklukan tantangan di Bulan dengan penyesuaian yang mereka lakukan pada kaki-kaki Chandrayaan-3 yang dibuat lebih kokoh.
Keberhasilan itu diraih setelah India pada tahun 2019 lalu mereka gagal meluncurkan Chandrayaan-2, di mana kala itu pesawat tidak bisa melewati medan yang sangat kasar dan parit dalam dengan kawahnya yang banyak.
"India menunjukkan dan membuktikan bahwa langit bukanlah batasnya,” kata Perdana Menteri India, Narendra Modi.
Nantinya pesawat India akan menghabiskan waktu dua minggu untuk mengumpulkan sampel batuan, gambar, dan data Bulan. India juga akan menjalankan serangkaian eksperimen untuk menentukan komposisi mineral permukaan Bulan.
Tidak berhenti di situ, bakal dihadirkan juga kendaraan penjelajah Bulan Pragyaan yang bobot 26kg untuk melakukan pengukuran yang diperlukan.
Pakar fisika luar angkasa di Nottingham Trent University, Dr Ian Whittaker, mengatakan bahwa pendaratan ini akan memberi umat manusia penentuan komposisi kerak bulan yang lebih akurat.
Khususnya di sekitar Kutub Selatan Bulan yang merupakan lokasi yang disarankan untuk pangkalan di Bulan karena kemampuannya mendapatkan sinar matahari yang konstan sebagai sumber listrik.
"Instrumen yang ada di dalam penjelajah akan berguna jika kita ingin membangun struktur dari material lokal," kata Dr Ian.
Seperti yang telah ditekankan, fokus penjelajahan ini adalah memeriksa keberadaan air es di kawah yang tersebar di sekitar Kutub Selatan Bulan. Ini dapat menjadi sumber bahan bakar, oksigen dan air minum, meletakkan dasar bagi pangkalan di Bulan.
Lokasi ini juga berpotensi sebagai pos persiapan untuk eksplorasi ruang angkasa yang lebih dalam. Editor sains dan teknologi Sky News, Tom Clarke, mengatakan mungkin ada air yang tersimpan di kawah Bulan selama satu miliar tahun.
Menurutnya ini mungkin juga memberi umat manusia banyak wawasan tentang evolusi tata surya. Terlebih sejumlah negara juga sedang membuat rencana ekonomi di bulan untuk sumber energi masa depan.
(Saliki Dwi Saputra )