MATAHARI memang memancarkan radiasi yang berbahaya tapi juga banyak manfaat bagi mahluk hidup. Hal itu karena radiasi matahari sudah terfilter sebelum sampai ke bumi.
Meski demikian, matahari juga memiliki siklus yang membahayakan bagi mahluk hidup di bumi yakni Coronal mass ejections (CMEs). Lontaran masa korona (CME) yang merupakan peristiwa terlontarnya plasma dan medan magnet Matahari berhasil diidentifikasi para ilmuwan.
Dikatakan bahwa CME bisa saja menghantam Bumi, memicu badai geomagnetik yang kuat yang dapat menyebabkan lumpuhnya siaran radio. Dihimpun dari Metro, CME yang belum lama ini meledak menurut para ilmuwan telah terbelah menjadi dua.
CME ini pada akhirnya akan melepaskan awan besar plasma termagnetisasi ke angkasa dan menyebabkan gangguan di medan magnet hingga memici pemadaman radio. CME meledak pada 14 Juli kemarin dari bintik matahari AR3370, diikuti oleh CME kedua keesokan harinya dari AR3363.
Ketika kedua letusan terjadi secara berurutan dengan cepat, gelombang yang lebih kecil diikuti oleh awan kedua yang lebih besar, hingga menelan ledakan yang pertama. Disebutkan bahwa fenomena ini jarang terjadi, membutuhkan dua CME untuk bergerak di sepanjang lintasan yang sama dan dengan kecepatan tertentu.
Sebagai CME tunggal, tak satu pun dari awan saat ini akan cukup kuat untuk berdampak pada medan magnet Bumi, tetapi gabungannya telah membentuk massa yang cukup besar untuk berpotensi memicu gangguan tingkat G1 atau G2, tingkat badai geomagnetik yang paling parah.
Selain ledakan CME, semburan Matahari yang lain juga berpotensi menyebabkan pemadaman komunikasi. Suar Matahari adalah semburan besar radiasi Matahari yang dapat mencapai Bumi beberapa menit setelah letusan, tidak perlu waktu berhari-hari seperti ledakan CME.
Awal bulan ini suar Matahari yang kuat telahmenyebabkan pemadaman radio di beberapa bagian AS dan Samudra Pasifik. Ledakan radiasi itu disebabkan oleh semburan Matahari kelas X, kategori terbesar dan paling mengganggu. Adapun CME yang meledak belum lama ini disebabkan oleh dua suar kelas C.
Untuk diketahui, selama Juni 2023, 163 bintik Matahari telah diamati, dua kali lebih banyak dari yang diperkirakan dan lebih banyak dari bulan lainnya dalam dua dekade terakhir. Dikhawatirkan jumlahnya akan terus bertambah dan mengakibatkan gangguan di masa mendatang.
(Martin Bagya Kertiyasa)