KETIKA pesawat menabrak awan memang akan terjadi turbulensi yang cukup besar, sehingga membuat pesawat bergetar. Tapi, apa yang akan terjadi jika manusia menabrak awan secara langsung?
Menurut catatan, pengalaman manusia yang menabrak awan akan bervariasi tergantung pada jenis awan, alat pelindung, dan kondisi cuaca. Yang jelas efek paling ringan adalah basah kuyup hingga paling parah tidak sadarkan diri.
Ini karena kemungkinan besar manusia hanya terjun dari ketinggian 4.000 meter sehingga hanya akan menabrak awan stratus dan cumulus dari ketinggian 1.980 meter, yang mana kedua jenis awan sebagian besar terdiri dari molekul air.
Ryan Katchmar, seorang instruktur terjun payung yang berbasis di Utah dengan lebih dari 10.000 lompatan, menekankan bahwa meski rasa penasaran begitu besar, manusia sejatinya tidak boleh menabrak awan secara sengaja.
Pasalnya selain basah, menabrak awan juga akan mengganggu visibilitas saat terjun sehingga tidak ada cara untuk melacak potensi bahaya, sebagaimana dihimpun dari Live Science.
"Rasanya seperti kamu pergi ke ruangan putih lalu keluar. Tapi jika itu awan gelap, tebal atau padat, itu akan terasa seperti benturan kecepatan, dan kamu akan keluar dengan kondisi basah kuyup," jelas Katchtmar.
Katchmar juga mengungkap bahwa ia pernah mengalami kondisi dingin yang tak terduga, seperti hujan es yang keluar dari kacamatanya. Untuk alasan ini, ia sering kali menutupi dirinya saat menabrak awan untuk menghindari cedera.
Kasus terjun payung yang paling ekstrem dalam cuaca buruk melibatkan badai petir. Di dalam awan badai, udara hangat dapat naik dengan kecepatan lebih dari 100 mph (160 km/jam), tetapi pada ketinggian tinggi, partikel tersebut merasakan tarikan gravitasi dan turun sebagai hujan atau hujan es.
Hanya dua orang yang diketahui selamat dari perjalanan seperti itu melalui awan yang membawa badai petir. Pada tahun 1959, Letnan Kolonel AS William Henry Rankin dalam cuaca buruk menghabiskan 40 menit berputar-putar di dalam awan badai.
Beberapa dekade kemudian, pada tahun 2007, paraglider Jerman Ewa Wiśnierska secara tidak sengaja terhisap petir saat berlatih untuk kejuaraan dunia paralayang. Dia kehilangan kesadaran karena kekurangan oksigen dan mendarat beberapa jam kemudian sekitar 37 mil (60 km) jauhnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)