Akhirnya Jalaludin mendengarkan hingga sang kakak marah dan sadar bahwa ini penipuan, tapi dia tidak mengerti mengapa dia mengikuti apa yang diminta penipu tersebut, hingga terjadilah penipuan.
Setelah itu Jalaludin masih belum sadar itu penipuan, dan setelah uang ditransfer oleh sang kakak, dia makin panik dan disuruh mencari ATM lain untuk pengembalian dana ke nomor rekening lain. Jadi, saldo sang kakak diinfokan penipu akan dikirim ke nomor rekening kedua.
"Posisi masih telponan sama si penipu, saya lari-lari nyari nomer ATM ke 2 tapi ga ada yang punya juga karna ATM ke dua nominal nya harus balance sama rekening pertama yaitu Rp1.399.000 Tapi enggak ada semua rekening yang saya tanyain kosong semua saldonya. Udah cape2 lari nyari ATM saya ngeh saya liat lagi postingan awal yang saya mention @pln_123 Ternyata yang bales bukan @pln_123 tapi si penipu @nomf12," ungkap Jalaludin yang akhirnya tersadar bahwa dia menjadi korban penipuan.
Mengenai kasus penipuan tersebut, Kominfo melalui situs resminya menjelaskan, bahwa salah satu modus penipuan berupa phising, dilakukan oleh oknum yang mengaku dari lembaga resmi, dengan menggunakan email telepon atau pesan teks.
Jadi, seolah-olah akun tersebut lembaga resminya, tapi sebetulnya mereka ingin menggali agar korban memberikan data pribadi untuk kejahatan, atau data-data sensitif untuk mengakses akun penting yang mengakibatkan pencurian identitas hingga kerugian.
Karena itu, Kominfo menyarankan, masyarakat harus teliti membaca dengan benar dan melihat secara seksama isi dari SMS maupun email apakah benar pengirimnya berasal dari institusi asli.
(Martin Bagya Kertiyasa)