Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Godfather of AI Keluar dari Google, Ingatkan Potensi Mesin Ambil Alih Pekerjaan Manusia

Anjasman Situmorang , Jurnalis-Rabu, 03 Mei 2023 |00:35 WIB
Godfather of AI Keluar dari Google, Ingatkan Potensi Mesin Ambil Alih Pekerjaan Manusia
Geoffrey Hinton. (Foto: Reuters)
A
A
A

DI saat Artificial Intelligence (AI) tengah berkembang, pelopor AI Geoffrey Hinton malah pamit dari raksasa teknologi Google. Dia pun mengingatkan akan bahaya pengembangan AI yang berlebihan.

Pria yang dijuluki "Godfather of AI" itu merasa khawatir dengan potensi bahaya AI di masa depan, karena dapat melampaui kemampuan otak. Hinton meyakini bahwa sebuah sistem mumpuni yang akan hadir tidak akan setara dengan pemikiran manusia.

"Lihatlah bagaimana lima tahun yang lalu dan sekarang. Ambil bedanya dan sebarkan ke depan. Itu menakutkan," kata Hinton kepada The New York Times.

Perjalanan Hinton dalam mengembangkan AI pada tahun 70-an ketika ia masih menjadi mahasiswa pascasarjana di Universitas Edinburgh. Kala itu Hinton tertarik dengan gagasan jaringan saraf atau neural networks.

Setelah menjadi profesor, pada tahun 2012 Hinton bersama dua muridnya menciptakan sebuan terobosan jaringan saraf untuk menganalisis gambar dan mengidentifikasi item umum lainnya dalam foto.

Tertarik dengan konsep yang dibuatnya, Google mengakuisisi perusahaan Hinton, DNN Research dan bekerja sama untuk mengembangkan teknologi tersebut. Namun belakangan pandangan Hinton terkait AI semakin berubah.

Hinton mengatakan bahwa saat ini perusahaan berlomba memanfaatkan sistem AI yang kuat dan berpotensi menjadi makin berbahaya. Google dan raksasa teknologi lainnya telah terlibat dalam persaingan yang menurut Hinton tak mungkin dihentikan, demikian seperti dilansir dari TechSpot.

"Sebenarnya saya pergi agar saya bisa bicara tentang bahaya AI tanpa mempertimbangkan bagaimana dampaknya terhadap Google. Google telah bertindak sangat bertanggung jawab," tulis Hinton dalam akun Twitter pribadinya @geoffreyhinton.

Hinton khawatir untuk jangka pendek internet akan segera dipenuhi gambar, video, dan teks palsu. Ini akan membuat manusia hidup di tengah kebohongan dan tidak dapat mengetahui hal yang benar.

Bicara soal dampaknya di masa depan, setidaknya butuh 30 hingga 50 tahun lagi untuk kecerdasan buatan bisa menggantikan banyak pekerjaan manusia. Pada akhirnya peran manusia akan sangat minim dan disalip oleh AI itu sendiri.

(Martin Bagya Kertiyasa)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita ototekno lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement