JAKARTA – Sejarah Perusahaan Otobus (PO) Haryanto tidak dapat dilepaskan dari mental berjuang pemiliknya, Haji Haryanto, dalam menjalani hidup. Terlahir sebagai keluarga yang kurang mampu membuat Haryanto tak dapat bersantai-santai.
Selain menempuh pendidikan, Haryanto kecil sudah harus bekerja keras membantu perekonomian keluarga untuk menyambung hidup. Pekerjaan kasar pun tidak sungkan ia lakoni untuk dapat membantu keluarganya.
Haryanto mengaku pernah mencari rumput untuk pakan ternak, berjualan es keliling, kuli bangunan dan menjadi tukang sapu di sebuah hotel. Pada saat itu, kerja kerasnya adalah agar dapat melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang SMP.
Pencapaian pertama Haryanto adalah berhasil mewujudkan cita-citanya untuk masuk Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Sukses menjadi tantara adalah titik pijak pengalamannya di dunia otomotif.

Sebagai Tamtama, ia mendapat pelatihan mengemudi dan mendapat tugas mengangkut kendaraan berat seperti tank. Sejak saat itu Haryanto bisa mengemudi dengan baik. Pengalaman mengangkut kendaraan berat ini membuatnya semakin mahir dalam dunia mengemudi.
Selain itu, pengalaman di bidang otomotif dikembangkan selama menjadi tantara. Di bengkel bataliyon banyak keterampilan terkait mesin bisa dipelajari. Keterampilan yang diperoleh selama menjadi tantara membawa berkah tersendiri baginya.
Kesuksesan Haryanto hingga memiliki lebih dari 250 armada bus tidak bisa dipisahkan dari pengalamannya menjadi sopir angkot. Profesi sopir angkot itu ia lakoni di sela-sela libur dinas di Batalion Artileri Pertahanan Udara Ringan 1/Kostrad TNI Angkatan Darat, Tangerang pada tahun 1979.
Haryanto mengaku gajinya sebagai anggota TNI AD terbilang pas-pasan. Meski begitu, ia tidak menyalahkan keadaan dan tetap bersyukur dengan apa yang telah ia dapat. Bentuk rasa syukurnya ia wujudkan dengan bekerja lebih keras.