JAKARTA - Identitas peretas (hacker) Bjorka menjadi sorotan warganet belakangan ini, sebab ia mengacak-acak sederet data yang dikelola oleh banyak perusahaan, bahkan melakukan doxing ke sejumlah pejabat Indonesia.
Salah satu pengguna Instagram dengan akun @volt_anonym mengungkap bahwa Bjorka sebenarnya berasal dari Indonesia, bukan Polandia seperti yang dikabarkan selama ini.
Ia juga mengungkap bahwa Bjorka bernama Muhammad Said Fikriansyah dengan akun Instagram @muhammadsaidfikriansyah.
"Ngaku gak lu!!! @muhammadsaidfikriansyah, data lu sama data Bjorka sama!!" kata akun @volt_anonym dikutip dari postingannya, Rabu (14/9/2022).
Tidak berhenti di situ, akun @volt_anonym juga mengatakan bahwa kemampuan hacking Bjorka sebenarnya tidak terlalu spesial.
Ia lantas mengatakan bahwa data yang selama ini dibocorkan oleh Bjorka adalah data sampah yang bahkan banyak yang sudah kadaluarsa.
"Data yang katanya 133M dari meretas Kominfo tidak lebih isinya cuma 200 data saja dan itu pun di copy sehingga banyak data yang sama seolah-olah data yang dia curi sebanyak 133M padahal cuma 200 an. Ini sama aja data dump (sampah) yang sudah banyak kadaluarsa, " ujarnya.
Namun, sayangnya hingga saat ini belum diketahui kebenaran identitas hacker Bjorka tersebut.
Pihak berwenang sendiri sampai sekarang belum juga mrngungkap siapa dalang dibalik aksi peretasan yang dilakukan olrh Bjorka. Namun banyak yang mengatakan bahwa Bjorka memang orang Indonesia.
Salah satunya yang menyebut Bjorka orang lokal adalah pegiat media sosial, Denny Siregar.
Dalam cuitannya, ia mempertanyakan asal usul Bjorka yang dinilai banyak mengetahui isu yang terjadi di Indonesia, termasuk juga mengenal dirinya.
"Yang gua heran ngakunya hacker internasional, tapi kok tahu Denny Siregar ya? Ini apa gua yang terlalu terkenal sampai ke internasional, atau dianya yang orang lokal?" ungkapnya melalui akun Twitter.
Selain Denny Siregar, Wakil Ketua DPP NasDem, Willy Aditya juga mengatakan bahwa jika dilihat dari gaya bahasanya, terlihat seperti gaya bahasa dalam negeri.
Ia pun menyebut bahwa sebenarnya tidak sulit bagi aparat menemukannya jika memang dirasa meresahkan dan dianggap perlu.
"Kalau diperhatikan dari cuitannya, Bjorka ini ingin agar agensi pelindungan data pribadi berada di tangan korporasi, atau aktor lain yang berada diluar hukum," kata Willy.
(Ahmad Muhajir)