Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Hoaks Informasi Covid-19 Bikin 800 Orang Meninggal Dunia

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Kamis, 13 Agustus 2020 |14:50 WIB
Hoaks Informasi Covid-19 Bikin 800 Orang Meninggal Dunia
(Foto: Okezone.com)
A
A
A

JAKARTA - Perusahaan teknologi memerangi peredaran informasi hoaks di jejaring sosial. Salah satu perusahaan jejaring sosial ialah Facebook, yang baru-baru ini dilaporkan menghapus sebanyak 7 juta posting-an karena dianggap menyebarkan informasi yang salah mengenai Covid-19.

Informasi yang keliru tentang virus corona atau Covid-19 menjadi perhatian penyedia platform. Sebab, informasi hoaks bisa berbahaya apabila seseorang menerimanya dan mengikuti saran yang belum dibuktikan kebenarannya serta dapat membahayakan nyawa seseorang

Dikutip BBC, sebanyak 800 orang meninggal di seluruh dunia karena kekeliruan informasi (misinformation) terkait dengan virus corona pada tiga bulan pertama tahun ini, kata para peneliti.

Sebuah penelitian yang dimuat American Journal of Tropical Medicine and Hygiene menyebutkan sekitar 5.800 orang dirawat di rumah sakit akibat kekeliruan informasi yang tersebar di media sosial.

Banyak yang meninggal karena minum cairan spiritus (methanol) atau cairan yang biasa digunakan untuk produk pembersih.

Mereka keliru dalam meyakini bahwa produk-produk tersebut bisa menyembuhkan tubuh dari virus.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya mengatakan bahwa "infodemik" seputar Covid-19 menyebar lebih cepat dari virus itu sendiri. Teori konspirasi, rumor, dan stigma budaya semua berkontribusi terhadap kematian dan cedera.

Baca juga: Berapa Kali Manusia Bernapas Setiap Hari?

Banyak korban termakan informasi yang terkesan kredibel karena berkaitan dengan dunia medis - seperti makan bawang putih dalam jumlah besar atau mengonsumsi vitamin dalam jumlah besar - merupakan cara mencegah penularan, kata penulis penelitian tersebut.

Ada juga korban yang percaya, virus corona bisa dicegah dengan meminum urine sapi.

Semua tindakan tersebut memiliki "potensi implikasi yang serius" terhadap kesehatan mereka, kata para peneliti.

Penelitian ini menyimpulkan, hal ini merupakan tanggung jawab dari lembaga internasional, pemerintah, dan platform media sosial untuk melawan "infodemik".

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita ototekno lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement