JAKARTA- Penerapan physical distancing selama pandemi virus corona (Covid-19) telah memberikan dampat berkurangnya polusi udara di beberapa negara. Hal tersebut lantaran orang-orang lebih banyak di rumah dibandingkan dijalanan. Selain itu pabrik juga telah menutup produksi untuk sementara. Seperti diketahui asap kendaraan dan pabrik telah mencemari udara.
Di China, misalnya, tingkat polusi Nitrogen Dioksida (NO2) dan PM2.5 turun 25 dan 40 persen selama periode penguncian. Analis Senior di Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA), Laury Myllyvirta mengatakan bahwa penurunan polusi udara tersebut juga telah menekan peningkatan jumlah kematian pasien Covid-19.
“Jadi kami melihat jumlah kematian yang lebih besar yang dapat dihindari,” kata Myllyvirta, seperti dikutip dari laman Phys, Jumat (1/5/2020).
Polusi udara memang telah berdampak buruh pada kesehatan. Menurut sebuah studi polusi dapat memperpendek umur di seluruh dunia hampir rata-rata tiga tahun, dan menyebabkan 8,8 juta kematian prematur setiap tahun
Paling parah adalah Asia, di mana umur rata-rata lebih pendek 4,1 tahun di China, 3,9 tahun di India, dan 3,8 tahun di Pakistan. Di Eropa, harapan hidup dipersingkat delapan bulan.
"Analisis kami menyoroti manfaat luar biasa bagi kesehatan masyarakat dan kualitas hidup yang dapat dicapai dengan mengurangi bahan bakar fosil dengan cepat secara berkelanjutan dan berkelanjutan," kata Myllyvirta.
Dibandingkan dengan penyebab kematian dini lainnya, polusi udara di seluruh dunia membunuh 19 kali lebih banyak orang setiap tahun daripada malaria.
"Jika kita benar-benar peduli dengan kesehatan masyarakat kita, negara, dan milik bersama global, kita harus menemukan cara untuk memberi daya pada planet ini tanpa mengandalkan bahan bakar fosil," imbuh Myllyvirta.
(Amril Amarullah (Okezone))