“Komunitas kami sering mengadakan kegiatan sosial untuk membantu masyarakat yang membutuhkan, seperti berkunjung ke panti asuhan, ikut dalam kegiatan donor darah di rumah sakit, dan masih banyak lagi. Selain itu, setiap hari Jumat, komunitas kami punya program khusus bernama ‘Jumat Berkah’. Jadi, kami mengumpulkan sumbangan yang tidak ditentukan jumlahnya, biasanya sih rata-rata Rp10 ribu-Rp50 ribu per orang. Total dari dana ini akan dipakai untuk memberikan donasi kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk uang atau barang,” ungkap Yeni.
Fahrul menambahkan, “Alhamdulilah, penghasilan kami sebagai mitra pengemudi Grab tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan keluarga kami, tetapi juga bisa membantu kami berbagi rezeki dengan masyarakat. Kami cuma berharap bantuan dari komunitas kami bisa saling menguatkan, mendukung, serta meringankan beban teman-teman yang membutuhkan”.
Fahrul dan Yeni merupakan 2 dari 5 juta wirausahawan mikro yang tergabung dalam ekosistem Grab. Berdasarkan hasil penelitian Riset Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics, Grab berhasil meningkatkan rata-rata pendapatan mitra pengemudi GrabBike sebanyak 113% dan berhasil menciptakan lapangan pekerjaan baru, karena 38% mitra pengemudi GrabBike tidak memiliki pendapatan sebelum bergabung.
Era disrupsi telah membuka kesempatan bagi para pekerja informal yang saat ini mendominasi jumlah angkatan kerja Indonesia. Dengan memanfaatkan teknologi, Grab telah meningkatkan peluang pendapatan bagi para wirausahawan mikro yang bekerja di sektor informal melalui ekosistem yang membantu meningkatkan potensi pendapatan dan memperbaiki kualitas hidup, seperti pasangan driver ojol (Fahrul dan Yeni).
Baca Juga: Ojek Bule Viral Lagi, Kini Pakai Nama Tyler Wilson
(Ahmad Luthfi)