Dalam film dan buku, tentu saja, teknologinya sudah lebih maju. Berkali-kali skenario dystopic dengan pemantauan yang didukung AI ditarik di sana, yang dapat digunakan sebagai alat yang kuat untuk membaca pikiran. Namun, bagi Park, ini adalah fiksi ilmiah murni dan akan melibatkan operasi otak yang kompleks.
Meski terdengar menakutkan, Park melihat manfaat nyata bagi banyak orang, "Pertama-tama saya memikirkan orang-orang cacat, misalnya pasien yang terkunci, yang benar-benar terjaga tetapi tidak dapat lagi menggerakkan otot. Atau orang-orang seperti fisikawan Stephen Hawkings yang harus dengan susah payah menggunakan suatu sistem dengan mulut mereka di mana mereka dapat memilih masing-masing huruf untuk membuat diri mereka dipahami."
Jika ini memungkinkan, kecerdasan buatan bisa sangat membantu, bukan malah menjadi ancaman.
(Ahmad Luthfi)