JAKARTA - Para peneliti menemukan fosil tulang dan kaki milik kerabat manusia purba yang telah punah, yang berasal dari 1,52 juta tahun lalu. Fosil itu ditemukan di dekat Danau Turkana di Kenya utara. Temuan fosil ini mengungkap spesies ini tersebut mampu menggenggam dan memanipulasi benda-benda seperti peralatan batu.
Fosil-fosil tersebut merupakan tulang tangan dan kaki pertama yang secara jelas dikaitkan dengan spesies Paranthropus boisei. Para peneliti menemukan kerangka parsial yang mencakup sebagian besar tangan, tiga tulang kaki, sebagian gigi, sebagian tulang lengan bawah, dan fragmen tengkorak.
Mengingat sifat fragmentaris fosil-fosil spesies ini sebelumnya, ini merupakan sebuah penemuan baru.
Spesies ini merupakan anggota garis keturunan evolusi manusia, pada dasarnya merupakan sepupu Homo sapiens, yang berevolusi jauh setelahnya.
Paranthropus boisei bertubuh kekar dengan rahang yang kuat dan gigi besar. Tengkoraknya beradaptasi untuk mengunyah makanan nabati yang keras, termasuk jambul di atas kranium untuk menopang otot rahang yang besar. Sementara tulang pipinya yang melebar menciptakan wajah berbentuk piring.
Tanpa fosil tangan dan kaki, sulit untuk memahami spesies ini. Itu termasuk apakah ia mampu membuat dan menggunakan alat-alat sederhana.
"Enam puluh lima tahun setelah penemuan awal spesies ini, ini adalah pertama kalinya kami dapat dengan yakin menghubungkan Paranthropus boisei dengan tulang tangan dan kaki tertentu," kata paleoantropolog Carrie Mongle dari Stony Brook University di New York, melansir Reuters, Sabtu (18/10/2025).
Ia penulis utama studi yang diterbitkan minggu ini di jurnal Nature.
Fosil-fosil tersebut ditemukan di wilayah bernama Koobi Fora, yang terletak di sisi timur Danau Turkana.
"Sebelum penemuan ini, para ilmuwan hanya terbatas pada sisa-sisa tengkorak dan gigi spesies ini, dan sangat sedikit yang diketahui tentang sisa kerangkanya," kata paleoantropolog dan rekan penulis studi Louise Leakey, direktur Proyek Penelitian Koobi Fora.
Tulang-tulang tangan menunjukkan, ia dapat membentuk cengkeraman presisi yang serupa dengan manusia modern. Mongle menyebut, hal tersebut menunjukkan spesies ini mampu membuat dan menggunakan perkakas batu.
"Ia pasti memiliki jabat tangan yang sangat kuat," kata Leakey.
"Kita dapat mengetahui tangan spesies ini dirancang untuk cengkeraman yang kuat dan berkelanjutan, dan mirip dengan gorila karena ia menggunakan tangannya untuk mengolah makanan nabati yang keras, mengupas, merobek, atau menghancurkan vegetasi, yang konsisten dengan pola makannya yang keras dan berserat, seperti yang terlihat dari gigi-giginya yang kuat."
Fosil-fosil tersebut juga memberikan wawasan tentang cara geraknya, menunjukkan spesies ini beradaptasi untuk berjalan tegak dengan dua kaki.
"Kita dapat mengetahui dari beberapa tulang kaki bahwa ia sepenuhnya bipedal, tidak berkaki datar seperti simpanse, dan bahwa kakinya memiliki lengkungan lateral, mirip dengan kita, yang akan mendorongnya ke depan saat berjalan," kata Leakey.
Spesies dari garis keturunan evolusi manusia disebut hominin. Paranthropus boisei adalah salah satu dari empat spesies hominin yang berbagi bentang alam Afrika Timur antara sekitar satu dan dua juta tahun yang lalu. Peralatan batu dan tulang dari periode tersebut telah ditemukan, meskipun belum jelas apakah Paranthropus mampu membuat dan menggunakan peralatan tersebut.
Istilah genus mengacu pada sekelompok spesies yang berkerabat dekat, dan spesies kita termasuk dalam genus Homo. Spesies Homo habilis, Homo rudolfensis, dan Homo erectus yang telah punah hidup sezaman dengan Paranthropus boisei di Afrika Timur.
Beberapa spesies ini benar-benar berpapasan. Sebuah studi yang diterbitkan tahun lalu menunjukkan Paranthropus boisei dan Homo erectus meninggalkan jejak kaki yang bersilangan di bekas tepi danau berlumpur di Koobi Fora. Penemuan ini menimbulkan pertanyaan menarik tentang hubungan antara kedua spesies tersebut dan persaingan untuk mendapatkan sumber daya.
"Kebijaksanaan konvensional menyatakan bahwa sementara Homo memiliki spesialisasi dalam otak yang lebih besar dan pembuatan alat batu yang membuat mereka sangat mudah beradaptasi dengan perubahan iklim, Paranthropus boisei menjadi spesialis makanan yang berfokus pada rerumputan," kata Mongle.
Pada akhirnya, Paranthropus punah, "sebuah jalan buntu evolusi," kata Leakey.
(Erha Aprili Ramadhoni)