JAKARTA - Industri otomotif Indonesia menghadapi tantangan besar yang disebabkan sejumlah faktor. Penjualan mobil tak kunjung meningkat hingga pertengahan tahun ini. Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.
Sebagai informasi, berdasarkan data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan ritel atau pengiriman dari diler ke konsumen pada Januari sampai Juni 2025 mencapai 390.467 unit.
Angka tersebut turun 9,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Itu berarti permintaan terhadap mobil baru semakin menurun. Imbasnya sejumlah produsen harus menumpuk hasil produksi di gudang.
Sementara untuk distribusi dari pabrik ke diler alias wholesales pada semester I/2025 mencapai 374.740 unit. Jumlah tersebut juga turun 8,6 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024. Tahun lalu, pada periode yang sama penjualan wholesales mencapai 410.020 unit.
Melihat hal tersebut, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita meminta tidak ada PHK di industri otomotif. Ia berjanji pemerintah akan berusaha memperbaiki kondisi ekonomi yang ada saat ini.
Hal tersebut disambut baik Gaikindo. Bahkan, Gaikindo berupaya agar seluruh pabrikan yang ada di Indonesia tak PHK. Pasalnya, hal ini akan membuat kondisi perekonomian di Tanah Air semakin memburuk.
"Kami sedang mengusahakan hal tersebut. Berkali-kali Pak Menteri Perindustrian mengimbau kami agar tidak terjadi pemutusan hubungan kerja," kata Ketua Umum Gaikindo, Yohannes Nangoi, di arena GIIAS 2025, ICE BSD City, Tangerang.
Ia memastikan seluruh anggota Gaikindo saat ini berusaha keras agar tidak PHK, meski penjualan lesu. Saat ini produsen mengurangi jumlah produksi, seperti hanya menjalankan satu shift dan tidak ada lemburan.
"Yang kita lakukan adalah kami tidak menambah karyawan kontrak. Sementara kami hentikan, kita bertahan," tuturnya.
(Erha Aprili Ramadhoni)