Selain itu, ancaman deepfake, penyebaran misinformasi, serta potensi pelanggaran hukum akibat kurangnya regulasi yang jelas juga menjadi perhatian serius. Lebih dari 80% responden dalam laporan ini mengungkapkan bahwa regulasi terkait GenAI masih belum cukup jelas, sehingga menghambat investasi dan pengembangan lebih lanjut.
Risiko lainnya datang dari aspek penyimpanan data. Banyak organisasi yang mengandalkan layanan cloud publik, yang meskipun memberikan fleksibilitas, juga menghadirkan risiko kebocoran data jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, memiliki strategi tata kelola data yang kuat menjadi krusial untuk menjaga keamanan dan privasi data organisasi.
Untuk mengatasi tantangan ini, laporan NTT DATA merekomendasikan beberapa langkah strategis yang dapat diterapkan oleh organisasi. Hendra menyampaikan 4 langkah yang harus diterapkan oleh perusahaan untuk memastikan implementasi GenAI yang aman dan efektif:
GenAI harus terintegrasi dengan strategi bisnis, bukan sekadar proyek teknologi. 51% organisasi belum menyelaraskan strategi GenAI dengan tujuan bisnis mereka. Perusahaan harus mengidentifikasi area bisnis yang dapat dioptimalkan dengan GenAI dan mengadopsi pendekatan berbasis eksperimen sebelum melakukan investasi besar.
Keberhasilan GenAI bergantung pada ekosistem teknologi yang andal. 90% eksekutif mengakui bahwa infrastruktur lama mereka menghambat pemanfaatan GenAI. Penggunaan cloud computing dan penguatan keamanan data dengan enkripsi serta autentikasi multi-faktor menjadi langkah utama dalam membangun ekosistem GenAI yang aman dan efisien.
Kurangnya keterampilan tenaga kerja menjadi tantangan utama, dengan 67% eksekutif menyatakan bahwa karyawan mereka belum siap menggunakan GenAI. Organisasi harus berinvestasi dalam pelatihan dan membangun budaya kerja yang mendukung kolaborasi antara manusia dan AI agar GenAI menjadi alat peningkatan produktivitas, bukan ancaman bagi tenaga kerja.