Wahana ini akan terhindar dari terik matahari karena energi termal yang tersimpan dalam gerakan partikel tersebar di seluruh ruang hampa.
Para ahli menyamakan perbedaannya dengan memasukkan tangan Anda ke dalam air mendidih dibandingkan dengan oven panas. Di luar angkasa, panas akan disebarkan ke seluruh wahana antariksa alih-alih langsung mengenai wahana tersebut.
Para insinyur ditugaskan untuk merancang wahana yang mampu mengatasi panas yang tak terbayangkan, sambil tetap mempertahankan kemampuan untuk menerima dan mengirimkan berbagai pembacaan kembali ke Bumi tanpa merusak perangkat elektronik.
Mereka merancang pelindung panas sepanjang 2,4 meter yang dirancang untuk menahan suhu hingga 1.650 C, yang berarti wahana antariksa dan instrumen internalnya berada dalam suhu hangat namun nyaman yaitu 29 C.
Misi ini juga akan membantu para ilmuwan untuk lebih memahami angin matahari – aliran partikel bermuatan konstan yang keluar dari korona.
Ketika partikel-partikel ini berinteraksi dengan medan magnet Bumi, langit akan diterangi oleh aurora, yang biasanya terlihat di bagian paling utara belahan bumi.
Cuaca luar angkasa juga dapat menimbulkan masalah, melumpuhkan jaringan listrik, peralatan elektronik, dan sistem komunikasi.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur angin matahari – wadah probe surya – mencuat dari balik pelindung panas.
Wadah ini terbuat dari lembaran titanium-zirkonium-molibdenum, paduan molibdenum, dengan titik leleh sekitar 2.349 C. Sementara itu kisi-kisi yang menghasilkan medan listrik untuk wadah ini terbuat dari tungsten, logam dengan titik leleh tertinggi yang diketahui, yaitu 3.422 C.
Arik Posner, ilmuwan program Parker Solar Probe di kantor pusat NASA di Washington mengatakan bahwa misi ini bisa memberikan informasi berharga tentang alam semesta, terutama Matahari.
“Ini adalah salah satu contoh misi berani NASA, melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan orang lain sebelumnya untuk menjawab pertanyaan lama tentang alam semesta kita,” kata Posner.