Para akademisi yang turut serta dalam penelitian itu menulis bahwa “Inti piramida terdiri dari lava andesit masif yang dipahat dengan cermat” dan bahwa “konstruksi tertua” dari piramida “kemungkinan berasal dari bukit lava alami sebelum dipahat dan kemudian diselimuti secara arsitektural”.
Dilanjutkan dengan pernyataan bahwa “Studi ini menjelaskan keterampilan tukang batu tingkat tinggi dari periode glasial terakhir. Temuan ini menantang keyakinan konvensional bahwa peradaban manusia dan perkembangan teknik konstruksi yang canggih baru muncul ... seiring dengan munculnya pertanian sekitar 11.000 tahun yang lalu.
Para akademisi juga mengklaim bahwa para manusia yang membangun “pasti memiliki kemampuan pembuatan batu yang luar biasa”.
“Bukti dari Gunung Padang dan situs lain, seperti Gobekli Tepe (di Turki), menunjukkan bahwa praktik konstruksi yang maju sudah ada ketika pertanian, mungkin, belum ditemukan,” demikian penjelasan lanjutan dari akademisi pada jurnal ini, sebagaimana dilansir Indy100.
Hal ini tentunya menarik perhatian banyak peneliti lain untuk mengomentari hingga mengkritik penelitian ini. Flint Dibble, dari Universitas Cardiff, mengatakan kepada jurnal Nature bahwa tidak ada bukti jelas yang menunjukkan bahwa lapisan yang terkubur itu dibuat oleh manusia.
“Bahan yang menggelinding menuruni bukit, rata-rata, akan mengorientasikan dirinya sendiri,” katanya Flint. Dia menambahkan bahwa tidak ada bukti “pekerjaan atau apa pun yang menunjukkan bahwa itu adalah buatan manusia”.