MOSKOW - Rusia telah mendenda Google sebesar USD20 desimiliar, dengan 33 nol, yang setara dengan puluhan kali pendapatan domestik bruto (PDB) seluruh dunia, atas pemblokiran akun YouTube dari negaranya. Pejabat Kremlin pada Kamis, (31/10/2024) mengakui bahwa angka yang sulit untuk disebutkan itu, lebih merupakan sebuah isyarat simbolis alih-alih denda sebenarnya.
Denda ini dijatuhkan Rusia karena Google memblokir akun YouTube dari 17 saluran televisi Rusia dan media lain yang mendukung rezim Presiden Vladimir Putin dan invasinya ke Ukraina, menurut media Rusia RBC.
Pada Senin, (28/10/2024) masalah ini mencapai puncaknya dengan sidang di pengadilan Moskow atas "kasus yang melibatkan banyak sekali angka nol", seperti yang dijelaskan oleh seorang hakim, RBC melaporkan.
Dalam rubel Rusia, dendanya adalah dua undecillion, dengan angka nol yang berjumlah 37 digit.
"Meskipun ini adalah jumlah yang dirumuskan secara konkret, saya bahkan tidak dapat mengucapkan angka ini," kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan dalam pengarahan harian, menurut The Moscow Times. "Sebaliknya, ini penuh dengan simbolisme."
Nilai pasar Google "hanya" USD2 triliun, sedangkan PDB dunia sebagaimana dinilai oleh Dana Moneter Internasional (IMF) adalah USD110 triliun.
Rusia telah mendenda Google sedikit demi sedikit sejak 2020, menurut BBC News, tetapi invasi Putin ke Ukraina pada 2022 telah membuatnya semakin gencar.
Dimulai dengan denda harian sebesar 100.000 rubel pada 2020 setelah Google kalah dalam gugatan hukum yang diajukan oleh media pro-pemerintah Tsargrad dan RIA FAN karena memblokir saluran YouTube mereka. Google belum membayar sepeser pun, dan denda tersebut telah berlipat ganda setiap minggu sejak saat itu, yang menyebabkan total denda yang sangat besar pada Senin.
Anak perusahaan Google di Rusia mengajukan kebangkrutan pada 2022, tahun yang sama ketika Google berhenti beriklan di sana sebagai bentuk kepatuhan terhadap sanksi Barat atas invasi Ukraina, menurut The Moscow Times.
Google belum secara resmi mengomentari angka terbaru tersebut, meskipun telah menyinggung masalah tersebut dalam rilis pendapatan kuartal ketiganya.
"Kami memiliki masalah hukum yang sedang berlangsung terkait dengan Rusia," kata perusahaan induk Alphabet, menurut NBC News.
"Misalnya, putusan perdata yang mencakup denda majemuk telah dijatuhkan kepada kami sehubungan dengan perselisihan mengenai penghentian akun, termasuk akun pihak yang dikenai sanksi. Kami tidak yakin masalah hukum yang sedang berlangsung ini akan berdampak buruk secara material."
(Rahman Asmardika)