Willoughby juga mencatat bahwa badai yang terbentuk di Atlantik dalam beberapa waktu belakangan meningkat dengan lebih cepat dan memiliki puncak intensitas yang lebih tinggi, yang diyakini memiliki kaitan dengan perubahan iklim.
Dalam sebuah studi tahun 2020, Kossin menemukan intensitas badai antara tahun 1979 dan 2017 meningkat sekitar 6% per dekade. Badai sekarang 25% lebih mungkin mencapai ambang batas 111 mph (180 km/jam) yang diperlukan untuk diklasifikasikan sebagai badai besar dibandingkan 40 tahun lalu.
Perubahan pada intensitas badai ini diperngaruhi oleh suhu laut yang juga semakin tinggi.
"Suhu laut menentukan intensitas maksimum yang dapat dicapai badai," kata Willoughby.
Di sisi lain, di saat kecepatan angin dalam badai bertambah cepat, pergerakan badai di sepanjang jalurnya di atas lautan dan daratan melambat.
Dalam sebuah studi tahun 2018, Kossin menemukan bahwa badai di dekat AS telah melambat sekitar 17% sejak awal abad ke-20. Siklon tropis di Pasifik Utara bagian barat melambat hingga 20%.
Diperkirakan bahwa alasan perlambatan tersebut adalah cara perubahan iklim yang tidak merata dalam memanaskan dunia, dengan Arktik memanas hampir empat kali lebih cepat daripada bagian dunia lainnya. Akibatnya, perbedaan suhu antara Arktik dan daerah tropis menyempit. "Gradien suhu itulah yang menggerakkan angin," kata Kossin.
"Semakin kuat gradiennya, semakin kuat anginnya."