Penelitian Ilmiah Gunakan Monyet untuk Ramal Pemenang Pilpres AS Tahun ini, Apa Hasilnya?

Rahman Asmardika, Jurnalis
Senin 07 Oktober 2024 13:52 WIB
Hasil pengamatan monyet pada kandidat pemilihan presiden AS 2024. (Foto: CC/Yaouguang Jiang)
Share :

PENNSYLVANIA – Sebuah studi baru menguji hipotesis yang aneh: dapatkan monyet memprediksi pemenang dari Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) antara Kamala Harris dan Donald Trump, hanya dengan melihat foto para kandidat. Meski terdengar aneh, temuan dari studi ini menunjukkan hasil yang cukup menarik.

Dalam studi ini, para peneliti melacak gerakan mata monyet sambil menunjukkan ratusan pemilihan calon senat dan gubernur di seluruh AS. Mereka menemukan bahwa monyet-monyet itu menatap wajah calon politikus AS yang kalah lebih lama di sebagian besar waktu.

"Mereka mendeteksi sesuatu hanya berdasarkan gambar," kata rekan penulis Yaoguang Jiang, seorang ahli saraf di University of Pennsylvania, sebagaimana dilansir Daily Mail.

Jiang dan rekan-rekannya telah mempelajari preferensi wajah pada monyet selama bertahun-tahun.

Pracetak untuk studi terbaru ini diterbitkan bulan lalu di bioRxiv dan belum ditinjau oleh ilmuwan lain.

Sebelumnya, Jiang dan rekan-rekannya melakukan eksperimen 'monkey Tinder' di mana monyet diperlihatkan gambar monyet yang pernah mereka lihat sebelumnya.

Mereka menemukan bahwa monyet-monyet itu hanya akan melirik sekilas ke arah pejantan berstatus tinggi, tetapi akan menatap gambar pejantan berstatus rendah atau betina.

Menurut para peneliti, hal ini mungkin terjadi karena monyet cenderung mengartikan tatapan sebagai tanda agresi.

 

Jiang dan timnya bertanya-tanya apakah monyet-monyet itu akan menunjukkan perilaku yang sama saat melihat wajah manusia.

Pengujian Teori

Untuk menguji teori ini, mereka memperlihatkan tiga foto pasangan kandidat dari pemilihan umum AS untuk senat, gubernur, dan presiden kepada tiga monyet jantan dewasa sambil melacak bagaimana mata mereka bergerak melintasi gambar tersebut.

Monyet-monyet itu cenderung memusatkan pandangan mereka pada satu kandidat di setiap pasangan.

Ketika diperlihatkan foto pasangan kandidat dari hampir 300 pemilihan senat dan gubernur dari tahun 1995 hingga 2008, monyet-monyet itu menatap lebih lama ke kandidat yang kalah sebanyak 54 persen dari waktu.

Ketika diperlihatkan foto kandidat dari pemilihan negara bagian yang masih belum jelas pemenangnya, monyet-monyet tersebut memilih yang kalah sebanyak 58 persen dari waktu.

Namun untuk pemilihan presiden dari tahun 2000 hingga 2020, monyet-monyet tersebut hanya menunjukkan yang kalah sebanyak 50 persen dari waktu - yang tidak lebih akurat daripada melempar koin.

Dan ketika diperlihatkan foto kandidat presiden tahun ini, "itu adalah undian," kata rekan penulis Michael Platt, seorang ahli saraf dari Universitas Pennsylvania, kepada Science.

Namun monyet-monyet tersebut memprediksi bahwa calon wakil presiden Trump, Senator J. D. Vance (R–OH), akan kalah jika ia berhadapan langsung dengan Gubernur Minnesota Tim Walz (D), calon wakil presiden Harris.

Secara keseluruhan, temuan para peneliti menunjukkan bahwa wajah kandidat menyampaikan informasi yang entah bagaimana terkait dengan bagaimana pemilih memberikan suara mereka, kata Platt.

 

Para peneliti berpikir sebagian informasi itu bisa berasal dari struktur wajah para kandidat. Misalnya, ukuran dan bentuk rahang seseorang bisa menjadi indikator dominasi sosial, yang menyebabkan monyet-monyet itu menatap kandidat dengan garis rahang yang lebih lemah.

Tim menemukan bahwa rata-rata, kandidat yang menang memiliki rahang yang 'menonjol' 2 persen lebih banyak, berdasarkan proporsi rahang terhadap pipi.

Pakar Skeptis

Namun, peramal pemilu terkemuka bersikap skeptis terhadap metode prediksi monyet ini.

“Berapa banyak pemilu mendatang, di mana hasilnya tidak diketahui - dibandingkan dengan pemilu-pemilu sebelumnya di mana hasilnya sudah diketahui - yang telah diprediksi oleh metode tersebut?” kata Allen Lichtman, seorang sejarawan yang telah secara akurat memprediksi hasil dari hampir setiap pemilihan presiden selama 40 tahun terakhir, bertanya kepada Science.

“Jika jawabannya tidak ada, saya sudah selesai. Saya tidak tertarik lagi,” tambahnya.

Gary King, seorang ilmuwan politik yang menganalisis hasil pemilu kongres selama 28 tahun untuk membuat model peramalannya sendiri, mengatakan kepada Science bahwa hubungan yang ditemukan oleh penelitian itu 'cukup menarik.'

Namun, ia meragukan bahwa metode monyet ini akan lebih efektif daripada metode peramalan pemilu yang ada, yang menganalisis pendapatan pemilih, ideologi, pola pemungutan suara sebelumnya, dan faktor-faktor penting lainnya.

(Rahman Asmardika)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Ototekno lainnya