Kepercayaan Kuno Terkait Gerhana Matahari, dari Kemarahan Zeus Hingga Ulah Naga

Rahman Asmardika, Jurnalis
Minggu 31 Maret 2024 12:55 WIB
Gerhana Matahari Total.
Share :

JAKARTA – Selama ribuan tahun fenomena gerhana Matahari telah menimbulkan keheranan, ketakutan, bahkan kekaguman bagi mayakarat di berbagai belahan dunia. Fenomena gerhana Matahari Total, seperti yang akan terjadi pada 8 April mendatang, dimana kegelapan tiba-tiba muncul di tengah hari telah memunculkan mitologi dan tradisi dalam kebuyaan kuno di seluruh dunia, dari peradaban Maya di Amerika Tengah hingga Yunani Kuno di Eropa.  

Pada tingkat permukaan, orang-orang dari budaya kuno tahu persis apa yang mereka lihat. 

“Siapa pun yang memperhatikan langit akan menyadari bahwa bulan menghalangi matahari,” kata Anthony Aveni, profesor antropologi dan astronomi di Colgate University di New York, kepada Live Science.  

Namun makna peristiwa itu akan sangat berbeda bagi masyarakat kuno.  

“Budaya selain budaya kita, baik masa kini maupun masa lalu, memiliki pandangan yang sangat berbeda terhadap alam,” tambah Aveni. 

Banyak kebudayaan kuno percaya bahwa apa yang terjadi di langit mencerminkan peristiwa masa lalu, masa kini, dan masa depan di Bumi. Hal ini khususnya berlaku bagi suku Maya – sebuah peradaban yang mencapai puncak kejayaannya di Amerika Tengah pada milenium pertama Masehi dan keturunannya tinggal di seluruh dunia saat ini.  

Suku Maya kuno memandang jarak dalam ruang dan jarak dalam waktu sebagai satu kesatuan, jelas Aveni. 

Ketika suku Maya kuno melihat gerhana, mereka melihat sesuatu yang tampak seperti bulan sedang memakan matahari, kata Aveni. Mereka menafsirkan hal itu sebagai pandangan terhadap praktik kanibalisme nenek moyang mereka, yang telah lama dihapuskan oleh hukum Maya.  

 

“Jadi bagi suku Maya, gerhana yang terjadi di ruang kosmik menjadi pengingat bahwa tatanan sosial selalu berada dalam bahaya ketidakseimbangan,” jelas Aveni dalam pembicaraan baru-baru ini di Lab Visualisasi Ho Tung Universitas Colgate. 

Suku Maya bukan satu-satunya orang yang mengira mereka melihat matahari dimakan. Dalam mitologi China kuno, gerhana matahari terjadi ketika seekor naga mencoba melahap matahari. Sebagai tanggapan, orang-orang akan berkerumun di jalan-jalan, menabuh genderang untuk menakut-nakuti naga itu, menurut NASA. 

Salah satu catatan China kuno — kemungkinan besar mengacu pada gerhana matahari yang terjadi pada 2134 SM. — melaporkan bahwa "matahari dan Bulan tidak bertemu secara harmonis."  

Menurut NASA, hiruk-pikuk di jalanan mengingatkan kaisar akan apa yang terjadi di langit. Marah karena kedua astronom istana gagal memprediksi kejadian tersebut, dia memenggal kepala mereka berdua. 

Bagi orang Yunani kuno, gerhana adalah tanda ketidaksenangan para dewa terhadap manusia; sebagai pembalasan, matahari akan meninggalkan Bumi. Kata gerhana sebenarnya berasal dari kata Yunani “ekleipsis,” yang berarti “pengabaian” atau “melupakan,” menurut Merriam-Webster.  

Menanggapi gerhana matahari pada 647 SM, penyair Archilochus menulis: "Tidak ada yang melampaui harapan, tidak ada yang dapat disumpah mustahil, tidak ada yang menakjubkan, karena Zeus, bapak para Olympian, menjadikan malam dari tengah hari, menyembunyikan cahaya matahari yang bersinar, dan rasa takut yang hebat menimpa manusia." 

 

Ilmu pengetahuan modern membantu kita memahami bagaimana dan kapan gerhana terjadi, namun budaya kuno memandang angkasa dengan sudut pandang yang berbeda secara fundamental dari kita. Mereka beralih ke alam untuk memahami masyarakat manusia. “Apa yang tidak masuk akal bagi Anda, mungkin bukan omong kosong bagi budaya lain,” kata Aveni. 

Dan dalam banyak hal, reaksi kita saat ini mungkin tidak jauh berbeda. Bahkan saat ini, Aveni melihat orang-orang menanggapi gerhana dengan rasa heran dan takut yang bercampur: "Takut karena ini adalah sesuatu yang luar biasa - senja yang aneh di siang hari." 

(Rahman Asmardika)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Ototekno lainnya