JAKARTA - Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Sint Joseph Jakarta menggelar pameran motor listrik buatan siswanya yang berlangsung di Function Hall Vitra, Kramat Raya, Jakarta Pusat. Pameran motor listrik ini sekaligus memperingati HUT Ke-48 SMK Sint Joseph.
Sekolah yang berada di bawah naungan Perhimpunan Vincentius Jakarta (PVJ) itu membuat program konversi sekaligus restorasi tiga sepeda motor konvensional menjadi motor listrik dengan tampilan serta penggerak baru.
"Event kali ini kita mengubah motor konvensional menjadi motor listrik. Di sini ada 3 merek yang kita ubah, pertama dari Honda Supra, Yamaha Lexam, dan Suzuki Smash. Dari tiga unit itu kita kelompok ada dari DKV dan KSM. Tugas mereka itu adalah mendesain, menginstal, lalu merangkai, sampai selesai dan bisa test drive," kata Pembimbing TSM (Teknik Sepeda Motor) SMK Sint Joseph, Dody, kepada MNC Portal Indonesia, beberapa waktu lalu.
Ketiga kelompok itu, kata Dody, membutuhkan waktu selama satu bulan untuk merakit ulang motor listrik buatannya. Bahkan, perakitan sendiri dilakukan dengan cara manual alias tanpa bantuan teknologi khusus.
"Jadi semuanya kita menggunakan peralatan manual gitu mulai dari bracket, body, pemasangannya, kakinya, semuanya kita manual dari bahan, benar-benar kita proses sendiri," jelas Dody.
Peserta juga diketahui menemukan masalah paling kompleks ketika merakit karya motor listriknya. Masalah itu terdapat pada bagian pemasangan bracket pada baterai.
Hal ini karena sulitnya menyesuaikan ukuran baterai yang sesuai dengan sasis.
"Pemasangan bracket, waktu itu kita sempat infonya baterainya itu katanya lebih besar terus setelah kita order ternyata lebih kecil lagi akhirnya kita bongkar lagi," tutur Dody.
"Kemudian untuk kelistrikan juga kita ada kendala menyesuaikan dari yang motor konvensional, tetap kita pakai kabel-kabel yang lama, kemudian kita kolaborasi dengan kabel yang baru jadi itu aja," sambungnya.
Kualitas motor listrik buatan siswa SMK Sint Joseph ini diklaim tak kalah dalam bersaing dengan keluaran pabrik.
Mereka memakai baterai bertenaga 72 volt-55 ampere.
"Kalau soal ketahanan itu tergantung dari baterai. Baterai itu juga ada teknik merawatnya, misalnya kita kalau ngecash jangan sampai habis banget, karena untuk menjaga stamina baterai itu sendiri. Karena kalau kosong banget, otomatis akan menurunkan umur baterai tersebut," kata dia lagi.
"Soal kualitas nggak kalah, untuk spesifikasi baterainya aja untuk sekali charge, 60 km, (jarak tempuh) Jakarta-Bogor-lah ya. Nah sampai sana itu bisa kita charge lagi," tambah Dody.
Ia berharap ada investor yang melirik produk anak bangsa ini. Dia ingin siswanya menjadi bagian dari pelaku kemajuan teknologi khususnya di bidang transportasi.
"Mudah-mudahan ada nanti investor atau instansi yang mau invest ke sekolah gitu atau kerja sama, untuk mengembangkan lagi, karena untuk teknologi motor listrik untuk sekarang belum menyebar mungkin 5 tahun ke depan daerah-daerah tuh pasti banyak yang pakai," paparnya.
Sementara itu, Koordinator SMK Sint Joseph, Suster Dyonisia Kartika mendukung penuh kegiatan tersebut.
Dia mengatakan motor yang diberdayakan siswanya ini merupakan sumbangan berbagai pihak. Dyonisia antusias menyaksikan pameran karya dari siswanya sendiri.
"Tiga motor itu asalnya berbeda-beda. Ada yang donasi dari pihak lain, ada sumbangan dari yayasan, dan juga gereja. Sebelumnya banyak yang dipakai sebagai kendaraan operasional, namun seiring waktu, tergantikan oleh kendaraan yang baru," ucapnya.
(Erha Aprili Ramadhoni)