PARA ilmuwan mempelajari pecahan batuan bulan yang dikumpulkan saat terakhir kali mengunjungi bulan 50 tahun lalu. Dikatakan bahwa mereka telah menemukan cara yang lebih tepat untuk menghitung usia bulan.
Caranya adalah dengan menganalisis kristal yang ditemukan di dalam batu tersebut, para ahli kini memperkirakan bulan berusia sekitar 40 juta tahun lebih tua dari perkiraan sebelumnya, dan terbentuk lebih dari 4,46 miliar tahun yang lalu, kira-kira 110 juta tahun setelah dimulainya tata surya.
Cara Mengetahui Umur Bulan
Untuk mengetahui umur bulan, digunakan teknik yang dikenal sebagai atom probe tomography. Teknik ini mengamati struktur benda pada tingkat atom yang sangat kecil.
Selanjutnya para ilmuwan menganalisis dan menghitung usia kristal zirkon yang ditemukan di dalam pecahan batuan Bulan.
“Semua mineral tertua yang ditemukan di Bumi, Mars, dan Bulan adalah kristal zirkon,” kata Bidong Zhang, salah satu penulis studi tersebut yang juga seorang ilmuwan planet di Universitas California, Los Angeles (UCLA), dikutip dari BBC News, Senin (30/10/2023).
Kristal zirkon ini memiliki struktus yang keras dan dapat bertahan di lingkungan yang sulit. Zirkon terbentuk ketika, magma panas yang tercipta selama tumbukan dengan Theia di Bumi mendingin dan menjadi padat.
Sebuah Penemuan Terjadi Setengah Abad Kemudian
Selama misi Apollo 17 pada tahun 1972, terakhir kali manusia berjalan di Bulan, astronot asal Amerika Serikat Harrison Schmitt dan Eugene Cernan mengumpulkan lebih dari 110kg sampel tanah dan batuan, yang kemudian mereka bawa kembali ke Bumi untuk dipelajari.
Batuan yang mengandung zirkon dikumpulkan di lembah Taurus-Littrow di tepi tenggara suatu area di Bulan, yang dikenal sebagai Laut Ketenangan.
“Saya menyukai fakta bahwa penelitian ini dilakukan pada sampel yang dikumpulkan dan dibawa ke Bumi 51 tahun lalu,” kata Philipp Heck, penulis senior studi tersebut dan seorang profesor di Universitas Chicago.
Menurut Heck pada saat itu, tomografi probe atom belum dikembangkan dan para ilmuwan belum dapat membayangkan jenis analisis yang kita lakukan saat ini.
Teorinya, setelah Bulan terbentuk barulah kehidupan di planet Bumi bisa terjadi. Tabrakan raksasa yang membentuk Bulan merupakan peristiwa dahsyat bagi Bumi dan mengubah kecepatan rotasi Bumi.
“Bulan memberikan efek menstabilkan sumbu rotasi Bumi dan memperlambat kecepatan rotasi Bumi. Tanggal pembentukan Bulan penting karena baru setelah itu Bumi menjadi planet yang dapat dihuni,” papar Heck.
“Bulan membantu menstabilkan poros Bumi untuk iklim yang stabil. Tarik gravitasi Bulan membantu membentuk ekosistem lautan. Bulan adalah inspirasi bagi budaya dan eksplorasi manusia, dan NASA serta badan antariksa lainnya melihat Bulan sebagai batu loncatan untuk eksplorasi luar angkasa di masa depan,” tambah Bidong Zhang.
Beberapa badan antariksa di seluruh dunia sedang merencanakan perjalanan ke Bulan, termasuk NASA, yang berharap dapat meluncurkan misi berawak Artemis II akhir tahun depan.
Project tersebut akan melibatkan astronot yang melakukan perjalanan dalam kapsul mengelilingi Bulan dan menguji rute yang akan diambil oleh Artemis III, yang direncanakan pada Desember 2025, yang akan melihat astronot berjalan di permukaan Bulan untuk pertama kalinya dalam lebih dari 50 tahun. Selama di sana, rencananya mereka akan menjelajahi kutub selatan Bulan, wilayah yang belum pernah dikunjungi manusia.
(Saliki Dwi Saputra )