JAKARTA - Pengguna X ternyata perlu kesabaran ekstra jika ingin mengakses situs-situs lain seperti Thread, Instagram, Facebook, dan lainnya.
Pasalnya menurut The Verge, Minggu (17/9/2023), Elon Musk, berupaya menghambat akses ke platform lain melalui tautan yang dibagi di X.
"Menurut pengamatan The Markup, pengguna X harus menunggu dua setengah detik untuk berpindah ke platform lain melalui link," tulis The Verge.
Detailnya pengguna X akan selalui diarahkan ke penyingkat tauutan, t.co, setiap kali menekan pranala yang tersedia di X.
Umumnya untuk situs-situs yang tidak jadi kompetitor X, hanya butuh waktu 30 hingga 40 milidetik. Hanya saja semuanya berbeda ketika pranala yang tersedia merupakan milik dari platform Meta, Bluesky, dan Substack.
Dalam catatan ini bukan pertama kalinya X menghambat akses ke platform-platform kompetitor.
Pada Agustus 2023, The Washington Post mengungkap bahwa X melakukan penundaan akses untuk situs media sosial l maupun organisasi berita yang secara terbuka dan sering mengkritik Elon MUsk.
Beberapa domain yang terkena dampak kebijakan itu dirasakan The New York Times dan Reuters. Saat itu, pengguna harus menunggu lima detik untuk dialihkan.
Sebelumnya pada 2017 penelitian Google menemukan fakta bahwa waktu muat yang lambat dapat merugikan perusahaan yang menjalankan situs tersebut. Seiring bertambahnya waktu muat halaman dari satu menjadi tiga detik, kemungkinan pengguna meninggalkan tautan meningkat sebesar 32 persen.
“Pemilik platform tidak dapat membangun bisnis berkelanjutan jika hubungan mereka dengan audiens bergantung pada media lain yang tidak dapat diandalkan. Apalagi yang bersedia melakukan langkah khusus bagi pihak-pihak yang dianggap musuh," analisa The Markup.
Sementara analis Max von Thun dari Open Markets Institute mengatakan taktik yang dilakukan Elon Musk itu dirancang untuk melemahkan pesaing X dan mempertahankan pengguna di platformnya,” katanya.
Perilaku tersebut kemungkinan besar ilegal berdasarkan Digital Markets Act. Max von Thun berpendapat bahwa regulator harus meluncurkan penyelidikan antimonopoli terhadap pembatasan tautan.
“Jika terbukti, maka pihak berwenang dapat mendenda Twitter dan memaksanya untuk mengakhiri praktik tersebut,” katanya kepada The Markup.
(Imantoko Kurniadi)