JAKARTA - Sebagian besar dari kita pasti pernah melihat fatamorgana terlebih di cuaca yang super panas seperti sekarang ini.
Fenomena tersebut menampilkan visual tampak menyerupai genangan air dari kejauhan.
Lantas bagaimana cara kerja fatamorgana dan bagaimana mata kita bisa menafsirkan bentuk fatamorgana yang meliuk-liuk itu? Simak berikut ulasannya dihimpun dari Live Science, Minggu (3/8/2023).
Menurut astronom di San Diego State University, Anthony Young, fatamorgana sebenarnya bukanlah ilusi optik. Fatamorgana adalah gambaran benda nyata namun sering kali merupakan gambar yang terdistorsi.
Fatamorgana menjadi fenomena yang mudah disalah artikan. Manusia akan melihatnya sebagai sesuatu yang familiar, misalnya saat terjadi di gurun pasir, fatamorgana yang memantulkan langit sering dianggap sebagai genangan air.
Young menyebut semua ini bisa terjadi karena adanya pembiasan, pembelokan sinar cahaya saat merambat melalui material yang berbeda. Fatamorgana terjadi ketika gelombang cahaya merambat melalui udara dengan kepadatan berbeda.
Lebih lanjut ketika cahaya merambat melalui bahan yang sama, biasanya dia bergerak dalam garis lurus. Namun ketika cahaya bertemu dengan bahan yang berbeda, cahaya akan membelok ke arah kepadatan yang lebih tinggi.
Untuk diketahui, udara kerapatan bisa berubah-ubah bergantung pada suhu.
Jadi ketika cahaya merambat melalui udara pada suhu berbeda, cahaya akan dibelokkan ke arah udara yang lebih dingin, yang lebih padat. Hal ini menciptakan dua jenis fatamorgana.
Yang pertama, fatamorgana yang bisa dilihat di musim semi dan musim panas ketika suhu laut jauh lebih dingin dibandingkan udara panas di musim panas. Hal inilah yang diduga oleh para sejarawan terjadi di atas air yang membeku pada malam tenggelamnya Titanic.
Dalam kedua kasus tersebut, udara yang paling dekat dengan air lebih dingin daripada udara di atasnya.
Udara menjadi lebih hangat saat Anda menjauh dari permukaan laut. Hal ini menciptakan gradien suhu dan kepadatan, menyebabkan cahaya yang dipantulkan oleh suatu benda seperti kapal, gunung es, atau pulau di dekatnya membelok.
Cahaya yang membelok ke arah udara yang lebih dingin di permukaan laut menciptakan fatamorgana. Hal ini menyebabkan objek tampak lebih tinggi dari yang sebenarnya karena mata mengharapkan cahaya merambat dalam garis lurus, sehingga mata menafsirkan objek berada di tempat yang berbeda karena cahaya yang dibelokkan.
Jenis fatamorgana lainnya, fatamorgana inferior, terjadi di gurun atau di trotoar yang panas ketika permukaan dan udara di sekitarnya lebih hangat dibandingkan udara di atasnya. Untuk melihat fatamorgana ini, harus berada di atas lapisan udara terhangat.
Dan cahaya yang datang dari atas dibelokkan ke atas menuju udara yang lebih dingin. Karena mata mengantisipasi bahwa cahaya akan bergerak dalam garis lurus, maka mata menafsirkan gambar sebagai lebih rendah dan terbalik.
(Imantoko Kurniadi)