URANUS merupakan planet ke-7 yang berada dalam jajaran tata surya kita yang mengorbit Matahari. Uranus terletak di antara Saturnus dan Neptunus pada jarak rata-rata lebih dari 2,9 miliar kilometer atau sekitar 1,8 miliar mil.
Uranus merupakan planet terbesar ketiga di Tata Surya, dengan lebar 50.000 kilometer (31.500 mil). Raksasa ini pun terlalu jauh dari Bumi untuk dilihat dengan mata telanjang. Hanya dengan kemajuan dalam teleskop pada akhir abad ke-18, seorang astronom Inggris kelahiran Jerman bernama William Herschel melihatnya saat berburu komet.
Planet yang sebelumnya dinamakan Georgium Sidus, nama Raja George III, sempat gagal populer sebelum akhirnya diganti menjadi Uranus. Ada lagi yang ingin menamainya dengan Herschel, dan nama dewa samudra, Neptunus.
Tapi, pada akhirnya astronom Jerman Johann Elert Bode berpendapat bahwa dewa Romawi Caelus, sebagai bapak Saturnus dan kakek Jupiter, mungkin lebih cocok. Tapi, para ahli mitologi Yunani menyebut planet tersebut dengan julukan dewa langit 'OO-ran-oss', lantaran warna biru yang mendominasi planet tersebut.
Nuansa biru muda Uranus yang lembut sangat dekat dengan rona biru laut yang lebih dalam dari planet tetangganya, Neptunus. Para peneliti menemukan perbedaan halus dari proses yang mereka berdua miliki.
Kedua planet memiliki inti berbatu yang dikelilingi oleh mantel es yang terdiri dari air padat, amonia, dan metana yang mungkin mengendapkan bongkahan karbon padat dalam bentuk 'hujan intan'.
Atmosfer yang tebal sebagian besar terdiri dari hidrogen dan helium dengan gas metana, semuanya berlapis sedemikian rupa sehingga menghasilkan meteorologi yang bergolak yang membentuk awan dan angin yang dapat bertiup dengan kecepatan hingga 900 kilometer (560 mil) per jam.
Seperti kebanyakan planet, radiasi Matahari mengubah material yang tinggi di puncak awan menjadi kabut partikel. Di Uranus, lapisan ini lebih tebal daripada yang setara di Neptunus, membentuk tirai putih yang membuat atmosfer sedikit lebih buram.
Misteri abadi Uranus adalah sumbu miringnya yang aneh. Meskipun tidak ada planet yang berputar pada sudut kanan yang sempurna terhadap bidang Tata Surya, Uranus mengambil kemiringannya secara ekstrem, berputar setiap 17 jam 14 menit pada sumbu yang menunjuk lebih dari 90 derajat dari garis tegak lurus.
Satu hipotesis menyebut adanya tabrakan monumental. Itu bisa dengan mudah menjelaskan kemiringan, tetapi juga mengubah laju putaran planet dan kumpulan lebih dari dua lusin es, hal yang tampaknya terpengaruh secara besar-besaran.
Baru-baru ini para astronom memiliki teori lain yakni peran set cincin tebal membuat planet goyah ke posisi baru. Ada juga kemungkinan bahwa jajaran bulan yang masif bermigrasi menjauh dari planet mungkin telah menyeretnya keluar dari jalur awal.
(Martin Bagya Kertiyasa)