ALAT inovasi yang disebut bisa mengubah air menjadi bahan bakar berhasil ciptaan Aryanto Misel, warga Cirebon, menarik minat perusahaan otomotif Italia, yakni Ferrari, Lamborghini, dan Ducati.
Kabarnya, alat untuk menggerakkan mesin motor itu bakal dijual Rp15 miliar. Bahkan, Aryanto Misel juga sudah melakukan presentasi di hadapan sejumlah perusahaan asal Italia beberapa waktu lalu. Namun, belum diketahui apakah ada kesepakatan antara kedua pihak untuk melakukan pengembangan Nikuba.
Nikuba sendiri bukan sebuah penemuan baru, atau inovasi karena sebelumnya sudah ada alat serupa. Beberapa pakar juga menyebutkan apa yang dibuat oleh Aryanto Misel sebenarnya sudah ada sejak lama.
“Ini sudah lama. Bahkan sudah dijual di platform jual beli online, punya Joko Energy, alatnya sama itu. Tutorialnya juga sudah banyak di YouTube,” kata Tri Yuswidjajanto Zaenuri, Ahli Konversi Energi dari Fakultas Teknik dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB) saat dihubungi MNC Portal.
Mengenai Nikuba yang akan dijual Rp15 miliar, Tri mengatakan bahwa alat serupa yang dijual Joko Energy memiliki harga yang lebih murah. Selain itu, masih perlu diuji seperti apa efek yang dihasilkan oleh Nikuba.
“Joko Energy yang dijual umum ini cuma berapa ya, Rp2 jutaan atau Rp3 jutaan saja. Dan itu ada efek negatifnya, karena kalau reaksi antara hidrogen sama oksigen itu menghasilkan air,” ujar Tri.
Sebagai seseorang yang bergerak di bidang ahli konversi, Tri Yuswidjajanto mengatakan ada banyak pihak mengajak Aryanto Misel untuk menguji Nikuba. Namun, sang pemilik enggan untuk bertemu dengan mereka dan lebih memilih mengklaim hasilnya sendiri.
“Sebenarnya banyak pihak yang menghubungi beliau untuk melakukan pembuktian untuk mengukur bersama. Kita uji beneran hasilnya seperti apa. Tapi kan beliau tidak mau untuk melakukan pengujian bersama. Gimana orang mau percaya kalau enggak ada pembuktiannya,” ucap Tri.
Selain itu, Tri juga menjelaskan untuk mengubah air sebagai bahan bakar pengganti tidak hanya dibutuhkan aki, tapi tetap membutuhkan bensin. Ia menegaskan tidak bisa menggunakan air saja untuk proses tersebut, karena dibutuhkan energi untuk memisahkan nitrogen dan oksigen.
“Aki bisa tekor karena secara keseimbangan energi tidak cukup. Lebih besar untuk memproduksi daripada yang berguna. Jadi tak hanya butuh aki, tapi juga masih butuh bensin,” tuturnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)