5. Teluk Lituya, Alaska (490 kaki)
Masih dari Teluk Lituya, tsunami terbesar kedua di wilayah itu terjadi pada 27 Oktober 1936. Saksi menjelaskan ada tiga gelombang besar yang menggulung dari Crillon Inlet dengan kecepatan 22 mil/jam. Gelombang terbesarnya mencapai 490 kaki, para ahli menduga peristiwa itu terjadi karena longsor batu bawah air.
4. Icy Bay, Alaska (633 kaki)
Megatsunami di Icy Bay terjadi pada 17 Oktober 2015. Pemicunya adalah tanah longsor sehingga menghasilkan gelombang setinggi 633 kaki dan menyapu hutan seluas 8 mil persegi.
Untungnya tidak ada manusia berada dekat lokasi yang menjadi korban. Di Icy Bay juga terdapat dinding-dinding curam yang terbentuk dari surutnya gletser.
3. Vajont Dam, Italia (771 kaki)
Tidak seperti yang lainnya, bencana ini bukan disebabkan oleh fenomena alam, melainkan disebabkan oleh kelalaian manusia. Pembangunan bendungan di Vajont, Italia Utara selesai pada tahun 1960. Gunung Toc yang berada di dekatnya sudah menunjukkan tanda-tanda keretakan sejak dini.
Pada 9 Oktober 1963 seluruh lereng runtuh ke dalam waduk yang berada tepat di bawahnya. Akibatnya tsunami dengan ketinggian 771 kaki terjadi dan menyapu bersih beberapa desa di lembah Piave hanya dalam waktu 15 menit. Tak hanya itu, peristiwa ini juga menewaskan lebih dari 2.000 orang.
2. Gunung St. Helens, Washington (820 kaki)
Gempa ini disebabkan letusan Gunung St. Helens pada 18 Mei 1980. Ketika terjadi gempa, sisi sebelah utara, gunung tersebut "pecah" dan jatuh ke Danau Spirit. Imbasnya gelombang tsunami ketinggian 820 kaki langsung terjadi di wilayah tersebut.
1. Teluk Lituya, Alaska (1.720 kaki)
Pada 9 Juli 1958, Teluk Lituya Alaska dilanda megatsunami terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah manusia.
Pada saat itu terjadi gempa berkekuatan 7,8 skala Richter yang menghantam patahan Fairweather, kemudian memuntahkan 90 juta ton batu ke teluk.
Gelombang air yang dihasilkan mencapai ketinggian 1.720 kaki. Lima orang tewas, termasuk tiga orang di pantai Pulau Khantaak, di pintu masuk Teluk Yakutat dan dua orang di atas kapal di Teluk Lituya.
(DRA)
(Andera Wiyakintra)