Sifat modular dari pembangkit listrik yang mengorbit berarti dapat diperluas setelah fase demonstrasi. Ini akan menjadi sesuatu yang sangat besar bahkan hingga beberapa mil luasnya dan membutuhkan 300 peluncuran roket seukuran SpaceX Starship untuk dikirim ke orbit, kata Soltau.
Pembangkit listrik ini akan mengorbit 22.000 mil di atas planet Bumi atau 36.000 kilometer dengan pemandangan matahari dan Bumi yang konstan.
"Fungsi utama dari satelit adalah mengumpulkan energi matahari yang besar melalui cermin ringan dan optik berkonsentrasi ke sel fotovoltaik, seperti yang kita lakukan di Bumi," kata Soltau.
"Mereka menghasilkan listrik arus searah, yang kemudian diubah menjadi gelombang mikro melalui penguat daya frekuensi radio solid state dan ditransmisikan dalam pancaran gelombang mikro yang koheren ke Bumi," lanjutnya.
Namun, CASSIOPeiA akan menghasilkan lebih banyak listrik daripada pembangkit listrik tenaga surya terestrial dengan ukuran yang sama.
Dibandingkan dengan panel surya yang ditempatkan di Bumi tepatnya di Inggris, panel surya identik di luar angkasa akan memanen energi 13 kali lebih banyak.
Selain itu, pembangkit listrik tenaga surya berbasis ruang angkasa tidak akan mengalami masalah intermiten, yang mengganggu sebagian besar pembangkit listrik terbarukan di Bumi.
Sebab, Matahari tidak selalu bersinar di planet Bumi dan angin tidak bertiup secara konsisten. Itu berarti generator listrik alternatif atau penyimpanan baterai harus tersedia untuk mencegah pemadaman listrik dalam cuaca yang tidak menguntungkan.
Ruang, di sisi lain, akan memberikan output daya yang konsisten. Teknologi yang akan membuat sistem kelistrikan bekerja hanya berdasarkan energi terbarukan berbasis bumi belum ada.
"Teknologi penyimpanan energi belum ada dengan harga dan skala yang tepat. Kami membutuhkan teknologi lain, karena kami tidak memiliki rencana yang bertambah. Net-zero akan sangat sulit dan tenaga surya berbasis ruang angkasa dapat memberikan opsi yang menarik," ujar Soltau.