JAKARTA – Jet supersonik X-59 milik NASA terbang senyap di atas gurun California Selatan pada Selasa (28/10/2025) dalam uji terbang perdana pesawat eksperimental yang dirancang untuk menembus batas suara dengan sedikit kebisingan. Kesuksesan uji coba ini akan membuka jalan bagi perjalanan udara komersial yang lebih cepat.
Pesawat ramping ini, yang dibangun untuk NASA oleh kontraktor kedirgantaraan Lockheed Martin, lepas landas sekitar satu jam setelah matahari terbit dari landasan pacu di Pabrik 42 fasilitas Skunk Works milik perusahaan di Palmdale, sekitar 100 km di utara Los Angeles.
Setelah menaikkan ketinggian dengan curam di atas padang rumput tepat di sebelah timur landasan pacu, pesawat terlihat miring ke utara pada lintasan menuju Pangkalan Angkatan Udara Edwards, tempat pesawat mendarat dengan selamat sekitar satu jam kemudian di dekat Pusat Penelitian Penerbangan Armstrong milik NASA. Pesawat itu didampingi oleh pesawat pengejar NASA.
Bentuk unik pesawat ini dirancang untuk mengurangi ledakan sonik seperti ledakan yang biasanya dihasilkan ketika pesawat menembus batas suara, menurunkan volume menjadi "dentuman sonik" teredam yang tidak lebih keras daripada membanting pintu mobil.
Penyempurnaan teknologi penerbangan desibel rendah ini bertujuan mengatasi salah satu hambatan utama bagi penerbangan komersial supersonik, yang lama dibatasi di atas wilayah berpenduduk di darat karena masalah kebisingan, menurut Lockheed.
Mewujudkan pesawat ini dari desain menjadi prototipe yang mengudara bukanlah hal murah. NASA telah membayar Lockheed lebih dari USD 518 juta sejak 2018 untuk mengembangkan dan mendemonstrasikan X-59, menurut data kontrak agensi yang dilansir Reuters.
Jet bermesin tunggal tersebut—dengan panjang kurang dari 100 kaki (30 meter) dari ujung hidung hingga ujung ekor—terbang dengan kecepatan subsonik pada penerbangan perdananya, sesuai perkiraan, mencapai 230 mph (370 kpj), menurut Lockheed Martin. Ketinggian puncaknya selama penerbangan adalah 12.000 kaki (3.660 meter).
Sekitar 200 pekerja kedirgantaraan dan keluarga mereka menyaksikan lepas landas dari jarak aman yang diparkir di sepanjang jalan raya terdekat.
"X-59 berhasil menyelesaikan penerbangan perdananya pagi ini," ujar juru bicara Lockheed Martin, Candis Roussel, kepada Reuters dalam pernyataan singkat melalui email, menyebutnya sebagai "tonggak penting dalam penerbangan."
Pilot uji coba utama X-59 NASA, Nils Larson, memegang kendali di kokpit berawak tunggal untuk penerbangan tersebut, kata Roussel.
X-59, sebuah pesawat eksperimental yang unik, dirancang mencapai kecepatan jelajah 925 mph (1.490 kpj), atau Mach 1,4, pada ketinggian 55.000 kaki (16.764 meter), lebih dari dua kali lipat dan hampir dua kali lipat kecepatan pesawat konvensional, kata perusahaan tersebut.
Data yang diperoleh dari penelitian dengan X-59 akan menginformasikan pengembangan ambang batas suara baru untuk penerbangan supersonik di darat, kata perusahaan tersebut.
Pesawat supersonik Concorde memulai penerbangan transatlantik terjadwal dengan British Airways dan Air France pada 1976. Namun, pesawat tersebut dipensiunkan pada 2003 karena biaya operasional tinggi, keterbatasan tempat duduk, dan jumlah penumpang yang lesu menyusul kecelakaan fatal pada Juli 2000 dan serangan 11 September 2001.
Dalam materi pers yang diunggah daring bulan lalu, NASA mengatakan penerbangan pertama X-59 akan berupa "putaran di ketinggian lebih rendah dengan kecepatan sekitar 240 mph (386 kpj) untuk memeriksa integrasi sistem, memulai fase uji terbang yang berfokus pada verifikasi kelaikan udara dan keselamatan pesawat."
Selama penerbangan uji berikutnya, X-59 akan terbang lebih tinggi dan lebih cepat, hingga akhirnya melampaui kecepatan suara—sekitar 761 mph (1.225 kpj) di permukaan laut.
Asosiasi Produsen & Teknologi California awal bulan ini menobatkan X-59 sebagai "Benda Terkeren Buatan California" tahun 2025 dalam kontes teknologi tahunan tingkat negara bagian.
"Karya ini memperkuat posisi Amerika sebagai pemimpin dalam penerbangan dan berpotensi mengubah cara masyarakat terbang," ujar Menteri Perhubungan AS Sean Duffy, yang juga bertindak sebagai administrator NASA, dalam sebuah pernyataan.
(Rahman Asmardika)