Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Fenomena Bulan Hitam yang Dikaitkan dengan Tanda Kiamat Akan Kembali Muncul

Rahman Asmardika , Jurnalis-Kamis, 21 Agustus 2025 |19:18 WIB
Fenomena Bulan Hitam yang Dikaitkan dengan Tanda Kiamat Akan Kembali Muncul
Ilustrasi.
A
A
A

JAKARTA – Sebuah fenomena astronomi langka akhir pekan ini memicu kembali spekulasi tentang ramalan Alkitab dan tanda-tanda Akhir Zaman. Fenomena ini, yang dikenal sebagai bulan hitam, terjadi ketika bulan baru kedua terbit dalam satu bulan kalender.

Tidak seperti bulan purnama, bulan baru melintas di antara Bumi dan Matahari, yang berarti sisi yang menghadap planet kita tetap berada dalam bayangan dan tidak terlihat oleh mata telanjang.

Para pengamat nubuat merujuk pada ayat-ayat Alkitab seperti Markus 13:24, yang memperingatkan: "Matahari akan menjadi gelap, dan bulan tidak akan bercahaya."

Namun, para astronom dengan cepat menekankan bahwa tidak ada alasan untuk khawatir.

"Bulan hitam hanyalah bulan baru kedua yang terjadi dalam satu bulan kalender," kata Walter Freeman, profesor madya fisika di Universitas Syracuse, sebagaimana dilansir Daily Mail.

"Jika bulan baru terjadi menjelang awal bulan, bulan baru berikutnya dapat terjadi sebelum bulan tersebut berakhir. Dari perspektif ilmiah, ini tidak berbeda dengan bulan baru lainnya."

Istilah bulan hitam bukanlah sebutan ilmiah resmi, melainkan julukan sehari-hari untuk keanehan kalender yang langka ini.

 

Selama fase bulan baru, NASA menjelaskan, sinar matahari menyinari sisi jauh bulan sementara sisi yang menghadap Bumi tetap gelap, membuat permukaan bulan tidak terlihat oleh pengamat di darat.

Bulan hitam ini akan mencapai puncaknya pada Jumat dini hari, 22 Agustus, sekitar pukul 12.00 Waktu Standar Timur (ET) di Belahan Bumi Barat. Sementara pengamat di belahan dunia lain akan menyaksikan fenomena ini pada Sabtu, 21 Agustus.

Bulan hitam musiman terjadi kira-kira sekali setiap 33 bulan, dengan bulan hitam berikutnya diprediksi pada 20 Agustus 2028.

Selama 29,5 hari, bulan berubah dari bulan baru, dengan iluminasi nol persen seperti yang terlihat dari Bumi, menjadi bulan purnama, dengan iluminasi 100 persen, dan kembali lagi.

Karena siklus ini sedikit lebih pendek daripada bulan rata-rata, terkadang terdapat dua bulan baru dalam satu bulan kalender. Para astronom amatir dan penggemar antariksa menjuluki bulan baru kedua ini sebagai bulan hitam.

Beberapa astrolog menganggap peristiwa itu penting secara spiritual, meskipun ilmuwan profesional tidak melihat makna inheren di luar mekanika astronomi.

Pada 2016, Michael Greshko dari National Geographic menggambarkan bulan hitam sebagai "kembaran jahat dari bulan biru", dan mencatat bahwa, terlepas dari klaim sensasional di internet, peristiwa semacam itu tidak menandakan bencana atau kiamat.

 

Meskipun tidak ada pemandangan spektakuler di langit saat bulan hitam, ketiadaan cahaya bulan menawarkan secercah harapan bagi para pengamat langit. Dengan malam yang lebih gelap, bintang dan planet menjadi jauh lebih mudah diamati.

Rasi bintang seperti Orion, Taurus, dan Leo akan terlihat lebih jelas, sementara Venus, objek paling terang di langit malam, akan bersinar dengan semburat kuning halus. Mars juga akan terlihat, muncul sebagai titik kemerahan di dekat rasi bintang Cancer.

"Kurangnya cahaya bulan menciptakan kondisi pengamatan bintang yang sempurna," kata Freeman.

"Ini adalah kesempatan yang sangat baik bagi para astronom amatir atau siapa pun yang ingin tahu tentang langit malam untuk mendapatkan pandangan yang lebih jelas tentang bintang dan planet yang biasanya tersapu oleh bulan."

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita ototekno lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement